Bagian 43 - Keinginan yang Datang

19 3 4
                                    

Tyra dan Chera telah sampai di tempat dimana X berusaha disembuhkan dengan teknologi yang bisa dikatakan lebih maju dibandingkan dengan yang ada di dunia. Ini adalah Ta'a, tempat penyembuhan bagi Suku Saraca di Taman Tundra Efrilheim. Kastil ini nampak seperti bangunan yang usang dan tak terawat, akan tetapi fasilitas teknologi disini sangat canggih.

"Aku tidak yakin anak ini akan selamat, bagaimana menurutmu Chera?" ucap Tyra kepada Chera.

"Pendeta Agung terlalu membuang tenaganya untuk orang lemah seperti ini," sahut Chera.

Dari kejauhan terdengar suara kaki yang menapak keras, seseorang berlari mendekat.

"Tyra!"

Mendengar suara tersebut Tyra dan Chera terkejut melihat bahwa yang datang langsung dihadapannya adalah Pendeta Agung yang sedang berkucuran keringat.

"P-Pendeta Agung?! Apa yang anda lakukan disini?" pekik Tyra kepada Pendeta Agung.

"Ada yang ingin ku pastikan," sahutnya.

Tyra pun mempersilahkan duduk Pendeta Agung.

"Terimakasih," ucap Pendeta Agung kepada Tyra. Tyra hanya mengangguk pelan disertai senyum kecil yang melintang di wajahnya.

"Apa yang ingin anda pastikan Pendeta?" tanya Chera kepada Pendeta Agung.

"Anak ini," sahutnya.

"Apa maksudmu?" lanjut Tyra.

"Aku hanya ingin memastikan anak ini apakah dia berbahaya untuk kita atau tidak," ucap Pendeta Agung yang berusaha menutupi maksudnya.

"Sebenarnya aku ingin memastikan apakah anak ini ada kaitannya dengan keluarga Inersia," lanjut Pendeta Agung dari lubuk hatinya.

Beberapa saat kemudian Liam sampai dengan terengah-engah mengejar Pendeta Agung.

"Pendeta, hah-hah-hah, mengapa anda berlari?!" pekik Liam dari arah pintu masuk.

"Mari kita tunggu sampai anak ini sadar," potong Chera.

"KAU MENGABAIKANKU CHERA!!!" dengus berbau amarah keluar dari mulut Liam.

Setelah perbincangan tersebut, mereka memutuskan untuk menunggu X sampai sadar untuk menanyakan segala informasi yang dimiliki X.

*2 Jam kemudian*

"Argh, kepalaku..." keluhku saat bangun tiba-tiba rasa sakit ini memelukku erat-erat.

"Kau sudah sadar?" ucap wanita yang menyeretku tadi. Aku hanya membalas dengan anggukan kecil.

"Namaku Tyra, ini Chera dan ini adalah Liam. Kami adalah pengikut Pendeta Agung yang ada di belakangmu itu," ucap Tyra dengan lembut sembari menunjuk teman-temannya dan Pendeta Agung.

Tepukan pundak yang sangat agresif mendarat di pundakku.

"Hei, bagaimana tubuhmu?" tanya Pendeta Agung.

"Tubuhku sangat ringan, aku bisa sembuh dalam waktu sesingkat ini?"

Aku benar-benar heran bagaimana bisa tubuhku pulih dengan cepat, ini adalah hal yang sangat tidak mungkin.

"Tapi... kepalaku masih sangat sakit, apa yang terjadi pada kepalaku ini?" lanjutku.

"Kau memang tidak mengetahui apapun yang tertanam dalam kepalamu itu," ucap Pendeta Agung sembari menggeleng heran kepadaku. Pendeta tersebut lalu menatap Tyra, Chera dan Liam yang saat itu ikut menunggu disini.

"Bisa tinggalkan kami berdua?" ucap Pendeta Agung dengan pelan.

"Baik."

Mereka pun meninggalkan kami berdua di dalam sebuah ruangan perawatan yang sunyi.

"Baiklah, sekarang kita aman," ucap Pendeta Agung.

"Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Siapa namamu?"

"X."

"Sepertinya bocah ini memilih untuk tidak mengatakan apapun tentang identitasnya."

"Baiklah jika kau bersikukuh tidak mengatakan nama aslimu," ucap Pendeta Agung sembari mengeluh.

"Kau tahu apa yang menempel di tanganmu itu?" ucapnya sembari menunjuk Chromo Farium yang menempel di tanganku.

"Ini Chromo Farium 'kan?"

"Benar. Aku adalah pembuatnya," ujarnya dengan jujur.

"APA?! Cukup berarti kau adalah... Aira Ristas?!"

"Tunggu, darimana kau mengetahui itu?" tanyanya kembali.

"Aku membaca buku ini," sahutku sembari menyodorkan buku yang aku bawa.

"Kau bisa membacanya?" tanya Pendeta Agung sembari mengernyit kaget.

"Kau menceritakan bagaimana susunan logam yang dapat menahan reaksi fusi dari gesekan yang diciptakan dari oksigen dan percikan molekul Inerium," jelasku. Ia hanya tertegun mendengar bahwa ada orang yang mengerti bgaimana cara Chromo Farium ini bekerja.

"Kau baik-baik saja?" tanyaku.

"Ah- maaf, aku hanya terlalu bersemangat saat mendengar ada yang mengetahui aku adalah pembuat senjata 3 Entitas Agung," ujarnya dengan mata berkaca.

"Buku ini adalah jurnal penelitian Inersia dengan nama 101 The Book. Kau dapat membacanya jika kau mengalirkan energi Anchentrys ke dalamnya, Anchentrys Alpha nampaknya salah memilih wadah, hahaha."

"Aku tidak terlalu yakin," kataku.

"Kau memiliki Anchentrys dan kau tak bisa menggunakannya, kau sangat membuang waktumu."

"Ah~ kurang lebih seperti itu," ucapku dengan malu.

"Dan terlebih lagi, Chromo Farium adalah satu-satunya senjata yang dapat melakukan singularitas terhadap kekuatan penggunanya. Bagaimana bisa kau sebodoh ini membiarkan bentuk pistol itu bergelantungan di lenganmu?!" dengus kesal Aira Ristas kepadaku.

"Aku pernah bermimpi tentang singularitas itu, mereka terlihat marah kepadaku," jelasku.

"Singularitas adalah jenis kekuatan yang mengandalkan energi kehidupan dari mahluk hidup dan energi yang dikeluarkan pasti identik dengan mahluk hidup yang kau serap, jadi jika kau telah mendengar suara-suara aneh di kepalamu berarti energi singularitas itu sudah masuk ke dalam Anchentrysmu," jelasnya.

"Dengan kata lain-"

"Ya, jika kau menggunakan energi kehidupan sudah jelas itu adalah energi orang yang sudah mati, karena kau menyerap energi kehidupannya," potong Aira Ristas.

"Leo..."

"Itu adalah kenyataan," lanjutnya.

"Aku sedikit ingat dengan kekuatanku, aku mungkin membuat beberapa logam mentah dan melemparkannya secara tidak sadar," ucapku.

"Itu benar, Anchentrys Alpha termasuk Anchentrys tidak teridentifikasi serta merupakan kekuatan yang mengandalkan pikiran dari penggunanya untuk 'menghipnotis' suatu benda agar menganggap dirinya sebagai logam, " ucapnya

"Setelah menggunakan kekuatan itu aku tidak sadar selama 2 minggu," lanjutku.

"Itu benar karena tubuhmu tidak kuat menerima kekuatan sebesar itu. Anchentrys tidak teridentifikasi adalah jenis Anchentrys yang paling berbahaya baik kepada musuh maupun penggunanya," jelas Aira Ristas.

"Aku tidak terlalu mengerti," ucapku yang mulai kehilangan insulin karena kekuarangan permen.

"Terdapat 3 jenis Anchentrys yaitu Anchentrys Atom yang penggunannya harus menyebutkan nomor atom Anchentrys itu sendiri sebelum digunakan, Anchentrys Elemen yang dimana Anchentrys ini hanya mengeluarkan reaksi sesuai elemen yang dimiliki penggunanya dan yang terakhir adalah Anchentrys tidak teridentifikasi seperti milikmu yang batas kekuatannya tidak diketahui, data dari Anchentrys ini pun tak banyak, hanya berdasarkan cerita dan legenda," ucapnya.

"Sepertinya aku harus mempelajari banyak hal sebelum aku kembali ke Gamacuz," seru ku kepada Aira Ristas.

"Aku mulai mengetahui siapa dirimu X, selamat datang di Taman Tundra Efrilheim, surga dari teknologi."

101-The Book
*************

101-The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang