Bagian 16 - Kejutan

25 6 3
                                    

----------------


Bagaimana seorang master bisa berpikir akan membunuh muridnya sendiri. Ini tidak beres. Dengan penuh keraguan, aku kembali menyentuh bongkahan Cyberse Link, untuk yang kedua kalinya tanganku terpental seolah ingin melepaskan diri dari tubuh kecilku. Vahra terus saja menonton seolah ini adalah pertunjukan yang menarik dengan segelas minuman roseus yang ia teguk dengan lahap.

"Kau yakin ini Vahra?"

"Jika kau melihat mata ini, berarti aku sedang serius X."

Sahut Vahra sambil menunjuk kedua matanya lalu melanjutkannya dengan meneguk gelas kedua. Mataku langsung berpaling ke bongkahan Cyberse Link seolah ada sesuatu yang mungkin terjadi jika aku terus melakukannya. Bukan. Aku tidak selemah itu untuk mati di sini.

"Kau akan terus meratapi bagaimana nasib dari bongkahan itu, atau kau akan menyentuhnya?"

Lanjut Vahra.

Tanganku langsung bergerak untuk menyentuh bongkahan batu tersebut seolah mengatakan 'tidak semudah itu untuk menyerah'

Tanganku terpental kembali dan kali ini lebih menyakitkan. Gelombang elektromgnetik yang dihasilkan dari bongkahan ini merasuk di setiap sel tubuhku. Aku pun terdiam sejenak karena rasa kaget yang aku alami sesaat karena gelombang tadi.

"Kau terlalu gelisah, coba tenangkan dirimu X!"

"Jika semudah itu, aku tak perlu belajar bersamamu Vahra!"

Mendengar kata tersebut keluar dari mulutku, Vahra langsung tersenyum menyeringai dan meneguk gelas ketiga sambil berteriak.

"Tidak salah aku memilih untuk datang berkunjung ke sini."

Aku kembali melanjutkan menyentuh untuk yang ketiga kalinya dengan tenang sambil memejamkan mata. Tarikan nafas pelanku beriringan dengan tarian angin yang menyelimuti mulut goa. Aku sudah siap untuk menyentuhnya, mendekatkan tanganku dengan lembut ditengah terpaan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan dari bongkahan ini membuatku sedikit goyah, akan tetapi dalam 2 detik ketenanganku kembali. Aku pun sangat antusias dan berteriak ke Vahra, akan tetapi justru itu menjadi boomerang bagiku.

"Aku hampir menyentuhnya!"

"Awas! Tenangkan dirim-"

"BZZZT!"

Bogkahan Cyberse Link langsung bersinar dan bergetar hebat. Mataku langsung bergabung di dalam kegelapan yang tidak terbatas. Aku mungkin sudah melewati batas yang bahkan seseorang tanpa Dial sepertiku menyentuh bongkahan tersebut tanpa ada Dial di tanganku. Bodoh? Sangat. Jika ada perlombaan orang bodoh sedunia, aku pasti akan menjadi peringkat pertamanya.

Di tengah kalutnya situasi tersebut aku dapat merasakan dingin yang luar biasa menusuk tubuhku dari punggung. Aku tenggelam di dalam situasi ini. Benarkah aku akan mati?

----------------


Suara samar-samar mendengung keras di telingaku seolah berteriak memanggil-manggil namaku. Aku pun mulai melihat orang yang berteriak tersebut dengan pengelihatan yang masih tidak normal. Suaranya sayub bak suara angin yang melewati ranting pohon. Siapa? Setelah diamati beberapa detik, ternyata itu adalah Dios yang berusaha menyadarkanku ketika tidak sadarkan diri.

Dari ekspresinya saat ini, aku tahu betul bahwa dia terus berteriak memangil namaku, akan tetapi aku tidak terlalu mendengarnya karena pendengaranku masih belum stabil.

Terlihat juga Tuan Zidane duduk di sebelah Vahra dengan meminum beberapa gelas minuman roseus untuk teman mengobrol mereka.

"X? kau baik-baik saja kan? Apa yang kau lakukan sehingga seperti ini?"

101-The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang