"A-apa yang kalian lakukan?! Aku bukan penjajah!" pekikku dengan pita suara getir.
"Bagaimana kau bisa sampai kesini tanpa menghancurkan Elemental Barrier kami?!" ucap seorang pria dengan bekas luka melintang di dadanya.
"Tangan itu, Tuan Luigi Inersia pasti sudah terbunuh! Bajingan! Bunuh dia!"
Seluruh orang yang mengepungku berteriak dengan keras sembari mengangkat tangannya
"Tunggu dulu! Elemental Barrier? Luigi Inersia?!" tanyaku yang tengah kebingungan dan takut.
Tanpa diberikan kesempatan untuk bicara, seorang wanita langsung menyeret badanku dan membawaku ke sebuah bangunan tua.
"Inikah mereka? Suku tanpa tangan?"
Ditengah gumaman hatiku, wanita ini menghempaskanku ke bangunan tersebut kemudian ia menendangku berkali-kali dan dilanjutkan dengan memasangkan kalung yang nampak seperti tali biasa ke leherku saat aku merintih kesakitan.
"Lepaskan aku!" ucapku sembari mengangkat Chromo Farium dengan harapan dapat mengaktifkan reaksi fusinya, akan tetapi ini sama sekali tidak bekerja. Tenagaku terserap secara perlahan hingga aku tak berdaya dan tergeletak di tanah.
"Ayo kita bawa orang ini ke Pendeta," saran seorang pria kepada wanita tersebut kemudian disusul anggukan kecilnya.
Derap suara langkah kaki mengiringi jalan kami menuju tempat 'Pendeta' yang mereka katakan. Entah ini pertanda baik atau malah sebaliknya, yang jelas aku saat ini tak dapat menjentikkan satu jari pun. Teman-teman, kalian tidak ingin menolongku dasar bajingan?!
-----------------------------
"Sial dia menghilang!" ucap Benjamin Ficus sembari berjalan mondar-mandir kebingungan.
"Dia terserap ke dalam danau itu?" tanya Dios Cristata.
"Skenario yang paling buruk dari itu adalah ia mati tenggelam," ucap Clero Thompson dengan wajah pucat.
"Ayo kita cari kesana!" ajak Dios Cristata.
"Kau bercanda Dios? Bukankah sudah ku katakan sebelumnya bahwa ada resonansi Elemental Neon di sana?! Kita akan mati menjadi butiran partikel jika terkena resonansi itu secara langsung," dengus Benjamin Ficus kesal.
"Bagaimana dengan X? Kau pikir dia akan selamat jika kita hanya menunggu disini?!" pekik Dios yang mulai menaikkan nada bicaranya.
"Apa?! Kau pikir aku tidak memikirkan X?!"
"Kau tak pernah memikirkan siapapun, bahkan ibumu sendiri."
"Hei, jangan pernah berikan mulut kotormu itu mengucap sesuatu yang bahkan kau tidak tahu."
"Itu kenyataan."
"Bagaimana dengan Keluarga Cristata? Setidaknya para Benjamin tidak pernah melakukan genosida."
"NGUUNG!"
"WUSH!!"
"BRAKK!"
Benjamin Ficus terpental ke sebuah pohon yang berdiri kokoh dekat mereka. Tanpa Ficus sadari, Dios Cristata telah melakukan pengaktifan Exodial miliknya dan menghempaskan Benjamin Ficus dengan amat kuat.
"Hei, hei, hei. Tenangkan diri kalian," seru Clero Thompson yang berusaha melerai mereka.
"Uhuk! Nyatanya bedebah sepertimu lah yang tak pernah memikirkan siapapun," ketus Benjamin Ficus. Mulutnya mengeluarkan darah yang diakibatkan oleh hempasan keras tadi. Dios hanya tertunduk mematung
KAMU SEDANG MEMBACA
101-The Book
FantasyDunia steampunk abad pertengahan merupakan dunia tempat X - anak yang berumur 16 tahun bersama teman-temannya - berada. Dalam dunia tersebut tercipta teknologi yang dapat mewujudkan segala macam senyawa yang ada di alam melalui tubuh manusia. Dial...