Bagian 35 - Lembar yang Baru

14 1 0
                                    

"Ayo kita menuju Kerajaan Nwara," ucap salah satu Eternity sembari mengenakan jubah khas milik para Eternity.

"Kau yakin tidak ikut Malfon?" tanya Eternity yang lain.

"Akan ku bakar kota itu, karena telah membunuh adikku. Ghuva kau tunggu saja."

"Dia sedang tidak waras."

"Fragrans Nehru, Galio Corltopy kalian ikut aku," ajak seseorang dari Eternity untuk memulai keberangkatan mereka.

"Baiklah Tuan," sahut Fragrans Nehru dan Galio Corltopy yang merupakan anggota dari Eternity.

"Mengamuklah sesukamu Malfon Delonix Regia," ucapnya sembari menyeringai.

Ya, dia adalah penguasa tertinggi dari Eternity, helai rambut hitam yang sangat halus, senyuman bagaikan mentari yang sangat hangat, mata bersinar memancarkan warna biru berkilau.

Grizz Imannuel Gofazia.





















Pimpinan tertinggi Eternity.

---------------------

Suasana haru hari ini menghiasi pemakaman Leo Delonix Regia. Aku dan Shina datang terlambat bersamaan dengan Vahra Helheim, Tuan Zidane dan juga Dios Cristata.

"Leo sudah dimakamkan," lirih Zara Hevilia yang datang menyapa kami.

"X, Shina aku sangat mengapresiasi keberanian kalian menyerang Parade Detoria tanpa keraguan sedikitpun," sanggah Tuan Gazef kepada kami.

Dios Cristata hanya melemparkan senyum kepadaku begitu pula yang lain. beberapa pasang manik mata memperhatikanku. Mereka benar-benar menatap tajam tangan baruku ini.

"Chromo Farium sudah menjadi satu dengan tubuhmu ya," sapa Clero Thompson dihiasi wajah penuh rasa bersalah.

"Apa maumu? Bukankah sudah cukup?" ucapku tanpa sadar menatap Clero dengan tajam.

"BZZZZTT!"

"Argh!!"

Tanpa ku sadari kening ini berdenyut dan saat ini begitu menonjol seperti ada sebuah berlian kecil memunculkan dirinya.

"M-maafkan aku yang tidak bisa menjaga sahabatmu yang berharga," lirih Clero Thompson kepadaku sambil tertunduk malu.

Tanpa Shina sadari ia telah meremas pundaku dengan sangat keras.

"Cukup basa-basinya!" pekik Shina yang terdengar nyaring mengisi seluruh suasana duka pagi ini.

"Apa yang kalian ratapi?! Aku akui kalian benar-benar tidak becus dalam melaksanakan tugas! Apa ini yang kau sebut dengan keamanan Tuan Gazef?! Tuan Zidane! Kau kemana saja ketika salah satu muridmu tewas?! Aspiqum macam apa kau ini?!"

"Hei Shi-" ucapan Vahra Helheim langsung dipotong oleh Tuan Zidane sembari merentangkan tangannya di depan Vahra Helheim.

"Maafkan kami," sesal Tuan Zidane dan Tuan Gazef secara bersamaan membungkukan badannya.

"Shina," lontar kata dariku membuat Shina tertegun dan seketika menghentikan cercaannya.

"Hentikan, Leo sedang bersedih melihatmu seperti ini," lanjutku.

"M-maaf," sesal Shina sembari memalingkan wajahnya yang pucat.

"Kematian adalah pembebasan, untuk apa kau menangisi orang yang telah bebas?"

Akupun menoleh kearah Vahra sembari berkata,

"Bagaimana kondisi Hica Swazicoff dan Mira Evodia?"

"Kritis," ujar Vahra Helheim tanpa menambah sepatah kata.

101-The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang