"Apa yang sebenarnya terjadi?!" ucap Ixora Aster sembari mengernyit kaget.
"Aku tidak terlalu mengerti apa yang dilakukan X, akan tetapi ia sepertinya kehilangan kesadaran sebelum tenggelam ke dalam danau," lanjut Benjamin Ficus.
Kerutan dahi Ixora semakin jelas, ia benar-benar kebingungan akan situasi saat ini.
"Diluar daripada itu, apa kau tahu tindakanmu tadi adalah pelanggaran berat?"
Benjamin Ficus hanya terdiam sembari mengangguk pelan.
"Baiklah, jika kau tak ingin membahas itu lagi. Setelah masalah ini selesai, aku akan melaporkan kejadian ini kepada aspiqum," tegas Ixora.
Ixora kemudian berjalan memandangi danau misterius tersebut. Ia kemudian mencoba mengambil beberapa ranting kering untuk dilemparkan ke danau tersebut. Ranting kecil tersebut terlempar dengan pelan dari tangan Ixora Aster.
"Apa yang kau lakukan?" sanggah Benjamin Ficus kepada Ixora.
"Aku ingin memastikan sesuatu."
Dan benar saja, ranting tersebut terurai menjadi partikel kecil yang terbang terbawa angin.
"Ini, bukan air," seru Ixora.
"Ini nampak seperti replika molekul yang dibuat menyerupai air," lanjut Benjamin Ficus.
"Dan satu lagi, ada hal yang harus ku pastikan dengan Hica Swazicoff, tetapi aku harus menunggu agar ia sembuh total," ucap Ixora menatap Benjamin Ficus dengan tajam. Ixora terdiam beberapa saat sebelum ia memutuskan untuk kembali ke markas Gamacuz.
"Ayo kita ke markas Gamacuz."
Benjamin Ficus mengangguk pelan kemudian berjalan beriringan bersama dengan Ixora.
-------------------
Dua jam telah berlalu dan aku saat ini masih diseret oleh wanita ini. Badanku mati rasa.
"Hei, ini sudah dua jam, aku tak tahan diseret seperti ini," ucapku dengan lemas.
Ia hanya menatapku dengan angkuh, kemudian memalingkan pandangannya pada bangunan tua yang besar di ujung sana. Aku diseret menuju ke tempat tersebut.
"Tidak buruk untuk peradaban aneh seperti kalian."
Seluruh orang yang ikut mengiringi menatap ku dengan mengerikan.
"Aku hanya bercanda," ucapku sembari menelan ludah dalam-dalam.
"Pendeta Agung! Kami menangkap seorang penjajah dari daratan!" ucapan dari seorang lelaki yang memiliki bekas luka melintang di dadanya.
"Lakukan seperti biasa, bunuh saja dia," sahut Pendeta Agung tersebut sembari tertidur membelakangi kami.
"Baik, seperti yang kau perintahkan Pendeta."
"T-t-tunggu dulu! I-ini tidak seperti yang kalian pikirkan!"
"DOOOMM!!!!"
Ia terlihat hanya mengangkat satu jari dan tanpa kami sadari, kami sudah terpental jauh ke tembok. Semua terkapar tak berdaya, tangan milik mereka seketika menghilang karena dentuman tadi.
"Jangan ganggu tidurku," ucap Pendeta Agung tersebut.
"KAU JANGAN BICARA SEMBARANGAN KEPADA PENDETA DASAR BODOH!" pekik wanita yang menyeretku.
Pendeta Agung tersebut kemudian berbalik menatap ku sembari bangun dari tempat tidurnya yang mewah. Manik matanya tak dapat membohongi dirinya, ia tertegun kaget melihat tanganku yang dimana ini adalah senjata legendaris Chromo Farium pada masa Perang Entitas Agung.
KAMU SEDANG MEMBACA
101-The Book
FantasyDunia steampunk abad pertengahan merupakan dunia tempat X - anak yang berumur 16 tahun bersama teman-temannya - berada. Dalam dunia tersebut tercipta teknologi yang dapat mewujudkan segala macam senyawa yang ada di alam melalui tubuh manusia. Dial...