Bagian 36 - Kabut Asing

11 2 0
                                    

"Apa yang kau temukan Ficus?" ucap Dios Cristata dengan dahi berkerut.

"Kau tidak akan percaya ini," ucap Ficus sembari membentangkan gulungan peta di tanah.

"Apa itu?" tanyaku.

"Ini adalah peta seperempat wilayah dari Taman Tundra Efrilheim," ucapnya dengan mata tajam.

Kata yang paling tabu keluar dari mulut Benjamin Ficus membuat semua tertegun kaget menatap peta tersebut. 

"Taman Tundra Efrilheim katamu? Itu hanyalah dongeng pengantar tidur!" tegur Vahra Helheim yang menolak fakta tersebut.

"Vahra benar, seseorang tidak akan percaya jika diberikan peta yang hanya menjelaskan seperempat daerah tersebut, lagipula tidak seorangpun yang pernah menemukan daratan misterius itu," sambung Tuan Zidane.

Ficus langsung menatap tajam mata Tuan Zidane dan Vahra Helheim, ia meremas tangannya dengan keras. Ficus saat ini merasa dianggap bodoh karena berusaha mencari daratan yang bahkan tidak jelas keberadaannya.

"Jika ini nyata?" tegas Benjamin Ficus

Tanpa jawaban sepatah kata pun Tuan Zidane meninggalkan kami berjalan dengan santai.

"Ah, kalian sebaiknya jangan menghiraukan kata Ficus," sambung Tuan Zidane sembari membelakangi kami saat berjalan menjauh.

"Sialan," gerutu kesal Benjamin Ficus

Aku mendekati Ficus untuk menyambungkan fakta yang aku temukan mengenai Taman Tundra Efrilheim.

"Kau melihat salah satu dari mereka?" sambungku meringis pelan medekat ke telinga Benjamin Ficus.

"Siapa?" ucapnya

"Suku Saraca."

"Apa yang kau bicarakan X?" sahut Benjamin Ficus sembari mengernyit kaget.

"Taman Tundra Efrilheim adalah rumah para Bangsa Saraca. Itu tertulis jelas dalam buku ku," sanggah ku dengan lembut.

"Aku hanya melihat adanya indikasi pengaruh energi Elemental Neon disana," sergahnya.

"Bagimana kau bisa tahu?"

"Kubus Energi berkata demikian," jawab Benjamin Ficus sambil menunjukan sebuah kubus yang terbuat dari logam.

"Ini... Inerium?"

"Benar ini terbuat dari Inerium, Kubus energi ini akan bereaksi terhadap Elemental Neon maupun Cyberse Link dan menyerap energinya dalam skala kecil," jelas Benjamin Ficus.

"Dilihat dari fungsinya, kubus ini lumayan berguna... tunggu... dimana kau mendapat kubus energi ini?"

"Aku mendapatkannya dari seorang peneliti di Kota V-Parture, ia memberikanku benda ini untuk melanjutkan mimpinya," ucap Benjamin Ficus sambil menatap tajam kubus energi yang ia bawa.

Di tengah perbincangan kental kami, Dios Cristata tiba-tiba memukul kepala kami berdua dengan kencang. Suaranya mengagetkan orang yang ada disekitar kami.

"Apa yang kalian bicarakan disaat rekan kalian sedang bersedih," sergah Dios Cristata dengan tegas.

"Dios, aku ingin bicara denganmu tapi tidak untuk saat ini. Ikut aku ke Pandora," sahut Benjamin Ficus dengan mata tajam.

"Baiklah," jawab Dios Cristata tanpa mempertanyakan maksud Benjamin Ficus berkata demikian.

------------------

Upacara pemakaman Leo Delonix Regia telah dilaksanakan dengan rasa pilu yang amat kental, aku memutuskan untuk menaruh inti Dial yang ia miliki di batu nisan milik Leo sebagai rasa terimakasih dan penghormatan karena telah berjuang bersama dari Kota Burzche sampai Kerajaan Nwara. Aku sangat terpukul telah kehilangan salah satu alasanku untuk tetap berjuang untuk mendapatkan seluruh lembar buku misterius ini. Tapi waktu terus berjalan. Tak ada mimpi indah di dunia yang kejam ini. Balas dendam telah membutakan mataku saat itu tanpa menghiraukan rekan-rekan ku. Aku harus lebih kuat.

"Ayo..." sanggah Shina ketika aku berperang dalam pikiranku. Wajahnya kini lebih berseri entah apa yang dipikirkannya saat ini, yang jelas aku senang jika Shina sudah melepas kepergian Leo dengan air mata kebahagiaan. Aku menjawabnya dengan anggukan kecil sambil menatap makam milik Leo.

"Kami pergi... Leo," ucapku yang tanpa sadar meneteskan air mata.

"X, Shina kalian harus jadi lebih kuat agar Leo disana senang," ucapan polos Zara membuat suasana hati kami menjadi lebih baik.

Kami pun berjalan menuju stasiun kereta dan bersiap untuk kembali ke wilayah squadron masing-masing. Dalam perjalanan menuju stasiun, Vahra Helheim menepuk pundakku dengan lembut sambil menatapku dengan haru.

"Kau adalah orang yang sangat kuat X..." ucapnya sambil meneteskan air mata

"Kau baik-baik saja?" sanggahku dengan cemas.

"Aku tak bisa melindungi siapapun termasuk sahabatmu," ucapnya sambil menunduk sedih.

Kami terdiam tak dapat berkata apapun kecuali menemani Vahra Helheim tenggelam dalam tangisan tak berdayanya. Dios Cristata, Tuan Gazef dan Clero Thompson mengucapkan selamat tinggal dan akan kembali ke markas masing-masing squadron.

------------------

Hiruk pikuk pasukan yang padat menghiasi suasana di istana kerajaan yang masih kacau karena serangan dari Parade Detoria yang telah dilakukan beberapa waktu lalu. 

"Kemana Tuan Putri Zara Hevilia?!" pekik cemas Houtt Hevilia, Raja dari Kerajaan Nwara.

"Mohon maaf baginda! Tuan Putri Zara sedang dalam perjalanan kemari bersama Tuan Gazef Stronia etelah menghadiri upacara pemakaman Leo Delonix Regia!" ucap salah satu pengawal.

"Sudah, biarkan saja. Selama bersama Tuan Gazef, Zara pasti aman," sahut Houtt Hevilia

------------------

Langkah kaki dari beberapa pria misterius bersahutan mendekati Gazef Stronia dan Zara Hevilia. Dalam sekejap Gazef menyadari ada yang salah dan langsung mengktifkan Dial membentuk sebuah perisai dari tanah untuk melindungi Zara sembari mendekapnya erat-erat. Benar saja dalam sepersekian detik hantaman listrik menyambar perisai tanah milik Gazef.

"Tidak terlalu mengecewakan," ucap seseorang yang tak dapat dilihat Gazef dari balik perisainya.

"Bagaimana dengan ini?!" pekik pria tadi langsung menghantamkan listrik jauh lebih kuat dari sebelumnya hingga menembus perisai sekaligus Gazef Stronia. Zara Hevilia yang melihat darah mulai berlinang di tubuh Gazef Stronia langsung berteriak ketakutan.

Dalam pengelihatan yang samar, Gazef Stronia melihat tiga orang yang mendekat dan menatapnya. Dengan mulut bergetar Zara Hevilia tertegun melihat para Eternity mendadak datang ke Kerajaan Nwara.

Fragrans Nehru, Galio Corltopy dan Grizz Imannuel Gofazia.

Mereka membuka jubah dengan lembut, menghirup udara disekitar dan sejenak memandangi bangunan yang indah.

"Sekarang apa yang akan kau lakukan? Entitas Agung," ucap Fragrans Nehru kepada Gazef Stronia dengan tangan yang di penuhi listrik.

101-The Book

**************

101-The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang