Bagian 61 - Perang Mattium Lembar X

5 1 0
                                    

Medan perang yang telah hening kembali dipenuhi dengan suara pertempuran. Parade Detoria yang terluka parah mencoba bertahan, namun mereka tahu bahwa waktu mereka semakin menipis. Di tengah situasi yang genting, Hica Swazicoff muncul dari balik bayangan, matanya penuh dengan tekad.

"Aku tidak akan membiarkan kalian mati di sini," kata Hica dengan suara tegas. "Ikuti aku! Aku akan membawa kalian pergi."

Kwame Viela, Akila Ziglar, Maria Lumumba, dan Danquah Garvey saling berpandangan, kemudian mengangguk. Mereka tahu bahwa mereka harus bertahan untuk melanjutkan perjuangan di lain waktu. Dengan bantuan Hica, mereka bergerak cepat, meninggalkan medan perang yang telah berubah menjadi neraka.

Namun, pertempuran belum berakhir. Di sisi lain medan perang, Gusta Inersia dan Agnis Inersia bersiap menghadapi Prunus. Meski terluka, Prunus masih memiliki kekuatan yang besar dan tekad yang tak tergoyahkan.

"Ayo, Prunus. Ini adalah akhir dari jalanmu," kata Gusta, memandang Prunus dengan mata penuh kebencian.

Dari balik bayangan, Shina muncul dengan serangan mematikan. Matanya kosong, penuh dengan kegelapan, dan gerakannya menunjukkan bahwa dia tidak lagi memiliki kendali atas dirinya. Cyberse link telah ditanamkan ke dalam tubuhnya, membuatnya menjadi senjata hidup yang tak terhentikan.

"Shina! Tidak!" teriakku, melihat sahabatku dalam keadaan yang mengenaskan.

Pertarungan berubah menjadi lebih sengit dan kacau. Aku dan Agnis harus menghadapi serangan dari Prunus dan Shina yang dikendalikan. Shina, dengan kekuatan Anchentrys Delta, mampu memuaikan segala benda di sekitarnya, membuat setiap serangan menjadi lebih sulit untuk dihindari. Senjata Thermonium yang dimilikinya, yang bisa memperbesar dan memperkecil bentuknya serta menghasilkan gelombang panas, membuat situasi semakin berbahaya.

Aku berusaha keras untuk tidak melukai Shina, namun serangan dari Shina semakin mematikan. Aku harus menggunakan seluruh kemampuanku dengan Free Zone dan Chromo Farium untuk bertahan. Agnis, dengan kecepatan dan ketepatannya, mencoba menyerang Prunus untuk mengurangi tekanan dari Shina.

Namun, Prunus tidak mudah dikalahkan. Dia menggunakan segala cara untuk mempertahankan dirinya, bahkan jika itu berarti mengorbankan Shina. "Kau berpikir bisa mengalahkanku? Kalian terlalu naif!" seru Prunus sambil menyerang dengan kekuatan kalsiumnya yang mematikan.

Kami berjuang dengan segala yang kami miliki. Aku menciptakan pedang logam dari Chromo Farium-ku, menyerang dengan kekuatan penuh. Agnis, dengan kecepatan dan ketepatan, menyerang dari sisi yang berbeda, mencoba mencari celah untuk mengalahkan Prunus.

Di tengah pertempuran sengit itu, aku melihat celah. Aku menggunakan Free Zone-ku untuk menciptakan jebakan logam yang kuat di sekitar Prunus, memaksanya untuk mundur. Agnis, melihat kesempatan itu, melancarkan serangan terakhir dengan seluruh kekuatannya.

Namun, saat kami hampir berhasil, Shina menyerang dengan kekuatan penuh, memecahkan jebakan logam dan membebaskan Prunus. Serangan Shina begitu kuat hingga membuatku terlempar dan jatuh ke tanah. Agnis berlari menghampiriku, memelukku dengan penuh rasa takut dan haru.

"Gusta, kita harus bertahan. Demi mereka yang telah gugur, kita tidak boleh kalah," bisik Agnis dengan mata penuh air mata.

Dengan napas terengah-engah, aku mengangguk. "Kita harus menyelamatkan Shina. Aku tidak akan membiarkan Prunus menang."

Shina memulai serangan dengan kekuatan Anchentrys Delta-nya, memuaikan logam dan tanah di sekitarnya untuk menciptakan gelombang serangan yang menghancurkan. Aku segera menciptakan perisai logam dari Free Zone-ku, melindungi kami dari serangan tersebut. Agnis, dengan kecepatan luar biasa, melompat ke samping dan melancarkan serangan langsung ke arah Shina.

101-The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang