I Always Together With You Forever

47 6 22
                                    

Sebuah pagi yang dirasa Biru terlalu menyilaukan hari ini. Mataharinya sudah bersinar penuh walau belum begitu menggigit kulit. Hilir mudik manusia tak terhindarkan apalagi di jam-jam sibuk seperti ini. Itulah salah satu alasan gadis berponi itu selalu turun dari ojek online nya sedikit jauh dari gerbang sekolah. Sederhana, hanya untuk menghindari desak-desakkan di pintu utama Harapan Bangsa.

Tampil segar dengan rambut terurainya, Biru sedikit merapikan jepit rambut sambil berjalan pelan menuju kelas. Banyak yang menyapanya ramah, juga ada yang menyapanya hanya untuk mencari perhatian. Biru tersenyum. Itu hanya angin lalu yang tak ingin ia anggap serius. Seperti cowok yang sedang menghadang jalannya saat ini.

"Hai ..." sapanya pada Biru yang tersenyum kaku.

"Ini buat lo." Dengan kepala menunduk dan tangan yang gemetar, cowok berkumis tipis itu mengeluarkan sebuah amplop merah muda dari dalam saku kemeja putihnya. Sejenak Biru berpikir meyakinkan diri untuk menerima amplop yang diduganya sebuah surat cinta. Entah sudah berapa surat beramplop merah muda ia terima sejak menjadi siswa baru di sekolah ini. Biru cukup tersanjung walau satu surat pun tidak ada yang dibacanya.

"Makasih ya." Biru mengambil amplop tersebut dan menyimpannya dalam paperbag yang sedang ditentengnya.

"Kalo sempat dibalas ya Bi," Biru mengangguk lalu berjalan meninggalkan penggemarnya itu. "Dasar Pak Kumis," gumam Biru tersenyum geli.

Belum jauh kakinya melangkah, Biru harus berhenti di depan seseorang yang berdiri di depan salah satu kelas yang akan dilewatinya. "Pagi Pak ..."

"Kamu belum masuk kelas?" tanya Haris melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ini mau masuk Pak," jawab Biru memamerkan gigi putihnya. Haris makin terpesona. Gadis itu benar-benar tipe idamannya. Dari pandangan pertama saja, sudah bikin jantungnya bergelora. Entah jurus apa yang dilakukan Biru hingga seorang guru bergelar Mr. Antagonis itu bisa terang-terangan mendekatinya. Haris butuh kamus mencari rumus yang tepat agar bisa mencuri hati anak muridnya itu.

"Ya sudah, masuklah," senyum Haris mengantar kepergian Biru yang berlari-lari kecil menuju kelasnya di lantai dua. "Selamat ..." Biru mengelus dadanya lega.

"Bi," panggil Elka dari pagar lantai dua. Suara itu sontak membuat Biru menengadahkan wajahnya. Cihhh, doyan banget teriak-teriak!

"Ka," panggil Intan yang menghentikan langkah Elka menuju anak tangga untuk menyusul Biru. "Tanyain dong, Biru pake sampo apa, sabun muka merek apa kok bisa kinclong banget, gue juga mau," tanya Intan sang selebriti kelas yang merasa kecantikannya terkalahkan setelah kehadiran Biru. Elka terkesima. Tumben cewek manja itu peduli dengan penampilan orang lain. Bukankah selama ini dia merasa sudah menjadi yang terbaik? Atau mulai tersaingi oleh popularitas Biru? Elka mengangguk paham. Walau Biru selalu tampil sederhana memang sahabatnya itu selalu manis untuk di pandang. "Tentu," jawab Elka kemudian berlalu. Sedang di belakangnya, Indah dan Fera sudah bertukar pandang. Ada apa dengan Miss Universe IPA 1 itu?

**********

Biru bergegas menuju kelas dengan sebuah paperbag di tangannya. Kemarin, cokelat kiriman papanya tiba dengan jumlah yang lebih banyak. Tak mungkin ia sanggup menghabiskannya.

Brughh ...

"Aduh ..."

"Lo gak apa-apa?" tanya dia si pemilik bahu tegap. Manik matanya panik memperhatikan bahu Biru yang terlihat kesakitan.

"Gak apa-apa. Maaf ya."

"Ehm," jawabnya singkat. Lalu memungut cokelat yang berserakan tadi. Matanya fokus pada cokelat dan amplop merah muda saja. Bukan pada pemilik bungkusan itu.

Buruan Tembak Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang