Melawan Ketakutan

17 4 14
                                    

SETELAH MEMBACA, PERKENANKAN KASIH VOTE, KOMEN DAN SHARE SEBANYAK-BANYAKNYA YA.

FOLLOW JUGA INSTAGRAM AKU @dia.purnama.9 UNTUK SEPUTAR CERITA YANG AKU TULIS.

MARI KITA SALING MENDUKUNG, KARENA APRESIASI DARI KALIAN SANGAT BERARTI BAGI PENULIS. TERIMA KASIH BANYAK GAISS...

**********

"Ayo," ajak Langit. Cowok itu sudah mendesak Biru agar bergerak lebih cepat mengemas barang-barangnya di atas meja. Itu membuat Elka sangat jengah. "Gue tahu kalian mau pacaran. Tapi ingat ya, jangan antar Biru kemalaman. Dia anak perawan orang!" ancam Elka pada Langit yang hanya menjawabnya dengan "Ehhmm."

"Ia Emak. Gue balik sebelum malam kok. Tadi sudah minta izin oma, balik dari les gue main ke rumah mama Ayu bentar. Jadi lo gak perlu khawatir." Biru menenangkan Elka yang sudah bersungut sejak Langit berdiri di samping mejanya.

"Lo bisa tunggu di sana aja gak? Risih gue dideketin cowok ganteng," protes Elka meminta Langit sedikit menjauh. Langit menggeleng. Elka semakin geram. "Kalo ada maunya aja bicara banyak sama gue. Pas dapet yang dia mau, kembali deh ehm ehm nya."

"Sudah sudah. Kalian yang akur dong," ucap Biru menepuk bahu Elka sambil berdiri di samping Langit dan siap meninggalkan kelas.

"Ya udah. Kalian hati-hati. Ingat jagain Biru dengan nyawa lo bila perlu," sarkas Elka menatap Langit yang menggandeng tangan Biru. "Ka, apaan sih lo," ucap Biru menganggap itu berlebih-lebihan.

"Ehm ..." jawab Langit sambil berlalu bersama Biru.

"Langit! Gue sumpahin lo sakit gigi beneran. Biar puas lo ehm ehm terus!" pekik Elka yang dibalas lambaian tangan Langit tanpa menoleh pada gadis itu.

"Lang, kamu suka deh ngerjain Elka." Biru mencubit pinggang Langit hingga cowok itu sedikit mengaduh. "Dia lucu Bi. Kamu dapat di mana sih teman kayak gitu? Ya kali aku mau celakain kamu. Yang ada akan aku jaga sampai titik darah penghabisan," kelakarnya kembali merangkul bahu Biru dan berjalan beriringan menuju parkiran.

Biru diam sejenak. Menyusun beberapa kata yang ia sendiri pun ragu untuk mengatakannya. "Lang, masalah yang aku dijodohkan, beneran kamu mau perjuangkan aku di depan papa?" Wajah tegas Langit sudah menjawab separuh pertanyaannya. "Pasti! Tapi satu yang aku minta dari kamu, biar perjuangan aku tidak sia-sia. Tolong lengkapi setiap doaku yang meminta kamu berjodoh sama aku. Karena tanpa doa kamu, doa aku tak akan sampai ke langit." Langit sudah menyandarkan Biru pada motornya yang berdiri gagah.

"Doaku gak akan putus Lang," lirih Biru tersentuh oleh ucapan serius cowok pencuri hatinya itu.

"Dasar bucin. Sudah sore nih. Habis les bukannya langsung pulang malah pacaran di parkiran," ledek Rega sambil menepuk punggung Langit. Sudah beberapa minggu terakhir kelas tiga SMA Harapan Bangsa mengikuti les tambahan di sekolah. Ujian semakin dekat. Persiapan harus semakin matang. Jangan ada yang lelah apa lagi lengah. Karena keberhasilan tidak akan mendekat pada mereka yang lemah.

"Pulang sendiri lo?" ucap Langit yang tidak melihat Indah bersama sahabatnya itu.

"Doi pulang duluan. Ngambek gara-gara gue gak temenin ke salon. Katanya calon dokter itu harus cantik. Biar pasiennya cepat sembuh," keluh Rega mengingat ucapan terakhir Indah sebelum aksi merajuknya dimulai. Langit dan Biru serempak terkekeh.

"Ya kenapa gak lo temenin dia?" tanya Langit lagi.

"Gue capek Lang. Bosan tahu duduk nungguin emak-emak nyalon. Gue pernah nganterin dia. Maka itu gue tahu rasanya." Rega tak sempat memperhatikan wajah Biru yang sebal dengan keluhan Rega terhadap sahabatnya. Tatapan gadis berponi itu segera berpaling pada punggung Langit yang menempel selembar kertas di sana. " Apa ini?" tanya Biru mencabut kertas itu. GUE COWOK BUCIN.

Buruan Tembak Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang