Hari minggu yang selalu ditunggu oleh Geng Komik. Ada jadwal khusus mereka berkumpul membaca komik bersama. Hari ini, Indah yang menjadi tuan rumahnya.
"Kan udah gue bilang diam aja. Ngapain lo pake kelepasan ngomong?" hardik Indah pada Fera yang sudah memasang wajah bersalahnya.
"Kenapa sih kalian salahin gue mulu. Maksud gue itu baik. Biru harus tahu kalo kita itu peduli sama dia. Gue gak mau dia melamun sendirian meresapi setiap hujatan-hujatan itu. Setidaknya dia bebas curhat sama kita kalo dia tahu kita sudah tahu kebenarannya," kali ini Fera yang tidak bisa menghentikan ucapannya cukup membuat Elka dan Indah menganga.
"Luar biasa. Tumben lemot lo hilang," Elka menatap Biru yang berjalan keluar menuju pintu pagar dengan langkah sebalnya. "Untung gue sempat lirik password hapenya. Jadi bisa tahu kan kenapa hape itu berisik dari tadi. Kalo gak, kita gak akan tahu penyebab dia cemberut seharian ini."
"Bener-bener ya penggemar Langit. Mulutnya pedes level sepuluh," ucap Indah mengingat pesan-pesan teror yang masuk ke ponsel Biru.
"Tapi dia marah kita buka hapenya," sesal Fera.
"Dia gak marah kok, cuma ngambek dikit," Elka mengembangkan senyumnya masih memperhatikan Biru yang kesulitan membuka pintu pagar rumah Indah saat mereka akan pulang.
"Biru Pramana, lo mau ke mana?" pekik Elka yang berjalan mendekati Biru. Disusul Indah dan Fera.
"Pulang!" ketus Biru setelah membalikkan sedikit badannya ke arah Elka.
"Kan tadi lo pergi sama gue. Pulangnya ya sama gue lah. Gue gak mau ya dimarahin oma sampai lebaran tahun depan," canda Elka.
Bruuumm ... brummmm ... suara motor dari halaman rumah sebelah. Geng Komik serempak mengalihkan pandangannya pada sumber suara.
"Hai ... hehehe ...,"
"Rega!!" lirih Biru dari balik tembok pendek pembatas kedua rumah itu.
"Jangan mulai deh. Kami lagi gak pengen diganggu," ketus Fera.
Biru menatap ketiga sahabatnya yang sudah berdiri sejajar dengannya di depan pagar. "Rega tetanggaan sama Indah sejak kecil. Tapi gak pernah akur!" bisik Elka. Biru memutar matanya menuju Indah. "Oh..." jawab Biru singkat. Kakinya mulai mengikuti langkah Elka menuju mobil.
Tiiit ... suara keras klakson dari motor seorang cowok yang bertengger di samping Rega sejak tadi kembali menarik perhatian gadis Geng Komik. Suara klakson itu semakin menjadi-jadi saat Biru membuka pintu mobil Elka. Biru terkejut bercampur kesal. Cowok dengan jaket kulit dan helm yang penuh menutup wajahnya itu sungguh meresahkan.
"Gue cabut," ucap cowok yang sepertinya sedang berkunjung ke rumah Rega itu.
"Hati-hati bro," balas Rega lalu kembali masuk ke rumah setelah sekilas menatap gadis yang sudah menjadi tetangganya sejak lama itu. "Gue pepet terus, mampus lo!" lirihnya.
Tiit ... kembali suara motor tadi mengusik. Elka jengkel. Gadis pemberani itu membanting keras pintu mobilnya lalu berjalan menghampiri motor besar yang sudah parkir di depan pintu pagar. Posisinya tepat menghalangi mobil Elka yang akan keluar.
"Hei mau lo apa sih berhenti di depan pintu? Pake berisik lagi?" ucap Elka berkacak pinggang. Dagunya terangkat seolah benar-benar menantang si pemilik motor.
Cowok itu tak bersuara sedikit pun. Dia terus membunyikan klaksonnya sambil menatap Biru yang sudah keluar dari mobil Elka.
"Siapa Ka?" tanya Biru menepuk bahu Elka dari belakang. Elka tak menjawab. Matanya hanya fokus pada cowok misterius dan motor besarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buruan Tembak Gue!
RomanceCinta itu tak pernah bergeser sedikit pun sejak ia menatap mata sayu gadis itu. Baraka Langit, berjanji akan menaklukkan calon tunangannya sendiri tanpa membawa label di jodohkan. Dan gadis bermata indah itu adalah Biru Pramana. Penakluk sang kapten...