***
Sebelum baca budayakan follow author dulu ya teman. Karena dukungan dari kalian sungguh berarti buat author. Jangan lupa vote dan komennya. Terima kasih...
***
Langit dan Rega berpencar. Di lorong sekolah yang gelap dan mulai sepi, Langit menyusuri setiap sudut sekolah. Sesekali ia memanggil-manggil nama Biru. Namun tak ada jawaban sekalipun. Langit mulai frustrasi. Ponsel Biru terus berdering. Itu dari oma. Langit bingung. Harus dengan alasan apalagi untuk menutupinya. Langit putus asa. Terpaksa dia harus jujur. Di seberang sana oma dan Lisa pun panik. Alex pun diminta untuk menyusul Biru dan Langit di sekolah.
Langit terduduk di lantai salah satu lorong yang ia lewati. Ia menyandar pada sebuah pintu kelas yang tertutup. Mengacak-acak rambutnya menggeram dengan sangat kesal. "Ayolah Bi, kamu di mana? Jangan bikin aku khawatir," ucap Langit semakin gusar.
Bruk ... bruk ... bruk ... Sebuah suara dari dalam kelas tempat Langit bersandar. Langit menoleh ke arah pintu kayu yang diganjal hanya dengan sebuah batang kayu. "Kenapa kunci pintunya begini?" tanya Langit penuh selidik. Ia langsung berdiri dari duduknya.
Bruk ... bruk ... bruk ... Suara itu semakin jelas terdengar oleh Langit. Ia semakin mendekatkan telinganya ke pintu dan menajamkan pendengarannya.
"Suara apa sih?" Langit meraba-raba pintu di hadapannya. Tiba-tiba tangannya terhenti pada sesuatu yang ia rasa itu sebuah kain yang terjepit pada pintu. Sejenak ia perhatikan kain yang terjepit pintu itu. Pikirannya semakin ingin tahu saja. Pelan-pelan ia menarik nafas dalam-dalam berharap ia akan menemukan sebuah jawaban yang ia cari-cari dari tadi. Langit menarik ganjalan kayu yang mengunci pintu tersebut lalu membuka pintu itu dengan sangat pelan. Dan ...
Gedebuk ... Seseorang tiba-tiba roboh ke tubuh Langit dari arah kiri. Sontak membuat Langit terkejut dan meraih tubuh orang itu.
"Ops ..." ucap Langit pada seseorang yang belum tampak wajahnya itu. Cowok itu mengangkat sedikit tubuh yang bersandar padanya. Hingga tampak dengan jelas wajah si pemilik tubuh yang lemah itu.
"Biru ..." ucap Langit begitu terkejut. Tanpa sadar Langit langsung memeluk kembali tubuh Biru yang mulai dingin itu.
"Syukurlah lo ketemu, lo hampir bikin gue gila Bi," ucap Langit gemetar. Mengecup sekilas kening Biru dengan air matanya mengalir tanpa permisi.
Dalam ruang kosong itu, Biru membeku. Kedua kakinya hanya berdiri dengan rok pendek yang terjepit di pintu. Cukup lama hingga membuat kakinya mati rasa dan tak mampu bergerak. Gelap yang menaunginya saat itu membuat Biru histeris. Gadis itu diserang panik. Suara-suara kelelawar menambah suasana mencekam. Biru menangis kencang, dan akhirnya jatuh saat Langit membuka pintu.
Langit segera mendudukkan Biru di lantai ditopang oleh kakinya. Mengguncang-guncang tubuh lemah itu agar ia tersadar.
"Lang ..." suara halus dari bibir Biru. Matanya sedikit terbuka menatap Langit samar-samar.
"Bi, lo bangun ya, ada yang sakit gak?" Langit terkesiap. Ia langsung menelisik tangan dan kaki Biru. Bersyukur Langit tak menemukan sedikit pun luka di tubuh itu. Hanya paha nya yang terlihat terbuka akibat rok yang tersangkut tadi. Langit hanya menutup semampunya saja. Karena tidak ada apa pun di sekitar mereka yang bisa digunakan.
"Takut Lang, gue takut," ucap Biru terus dengan matanya yang masih separuh terbuka. Biru belum sadar betul tapi dia tahu laki-laki yang sedang memeluknya adalah Langit. Tangannya menggenggam lengan Langit kuat. Benar-benar meminta perlindungan.
"Ada gue di sini. Lo gak usah takut lagi," ucap Langit kembali mengusap pucuk kepala Biru. "Ada yang dorong gue," Biru menangis tersedu-sedu mengenang peristiwa yang baru saja ia lewati. Masih dalam pelukan Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buruan Tembak Gue!
RomanceCinta itu tak pernah bergeser sedikit pun sejak ia menatap mata sayu gadis itu. Baraka Langit, berjanji akan menaklukkan calon tunangannya sendiri tanpa membawa label di jodohkan. Dan gadis bermata indah itu adalah Biru Pramana. Penakluk sang kapten...