SEBELUM LANJUT MEMBACA, JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI YA...LALU VOTE, KOMEN DAN SHARE SEBANYAK-BANYAKNYA KARENA SETIAP APRSIASI YANG KALIAN BERIKAN AKAN SANGAT BERARTI BAGI PENULIS.
MAMPIR JUGA DI INSTAGRAM @dia.purnama.9 UNTUK BERBAGI KESERUAN SEPUTAR CERITA YANG AKU TULIS. TERIMA KASIH...
**********
Langkah gontai seorang anak muda terus saja tertatih melewati beberapa lorong dalam rumah besar itu hingga kakinya berhenti pada sebuah pintu. Bibirnya tersenyum pahit. Kemewahan dan gemerlapnya rumah masa kecilnya ini tak pernah mendatangkan kebahagiaan dalam hidupnya. Meskipun semua ia dapatkan dari sang pemilik rumah tapi hatinya masih saja selalu sepi bahkan mati!
Pelan-pelan Adi membuka pintu yang terkunci itu. Matanya melirik ke kiri dan ke kanan memastikan siapa yang akan ia temui di ruangan itu. Jika sang pemilik ruangan yang ia temui maka habislah ia saat ini. Karena tak seorang pun yang boleh memasuki ruangan itu kecuali orang kepercayaannya Baron.
"Di mana gue bisa dapetin itu?" Jari-jarinya yang bergetar meraba-raba laci pada sebuah meja kayu berukuran besar. Sepertinya itu sebuah meja kebesaran. Dan di atas meja itu hanya terdapat asbak rokok dan sebotol minuman yang belum habis. Tak ada benda seni apa pun yang menghiasi meja atau pun ruangan itu.
"Pistol?" lirih Adi sedikit terkejut dengan apa yang ia temui di laci itu. Tapi ia tak peduli. Benda yang ia cari lebih penting baginya saat ini.
Adi tidak menemukan apa pun di laci itu. Lalu matanya beralih pada sebuah lemari besar yang di dalamnya sudah tersusun rapi berbagai macam minuman beralkohol berbagai ukuran. "Hidupnya benar-benar suram. Kejam seperti wajahnya," gumam Adi lalu melanjutkan kembali pencariannya pada rak-rak yang berdiri di samping lemari minuman itu. Ia hanya butuh sedikit benda berbentuk rokok yang beberapa tahun terakhir ini dihisapnya. Sedikit saja pelepas kecemasannya saat ini. Ganja!
Tuk, tuk, tuk, suara tongkat kayu khas langkah seseorang yang sangat dikenali Adi mulai mendekat ke arah ruangan itu. Bersama langkah anak buahnya mereka terdengar sedang berbicara pelan di ambang pintu. Adi menghentikan aksinya dan bersembunyi.
"Selesaikan segera. Aku tidak mau pengantaran barang kali ini terhambat lagi. Kita harus tetap waspada. Apalagi sekarang Heru dan Agung pasti sedang bergerak mencari anak sialan itu. Cih ... benar-benar pembawa sial. Tidak ada keuntungan sedikit pun aku membesarkannya selama ini. Kelakuannya membuat Ayunda tidak akan menyerahkan rumah sakit itu pada orang yang akan memperkosa calon menantunya. Dasar tidak berguna," umpatan demi umpatan terus saja keluar dari mulut pria tua itu. Tanpa ia sadari ada sepasang telinga yang sedang mencuri dengar pembicaraannya.
"Mungkin Heru dan Agung akan kesulitan mencari Adi karena mereka tidak akan mungkin menemukan tempat ini," jelas Baron yang berdiri di hadapan bosnya yang sudah mengangkat kaki di atas meja kebesaran.
"Untung saja waktu itu kau cepat tanggap dan menunggu anak itu di depan vila. Kalau tidak mungkin nasibnya sudah mendekam di penjara," tambah sang penguasa lagi. Baron mengangguk. Dirinya sudah biasa menerima pujian dari bos besarnya. Tidak salah keputusannya mengikuti Adi saat melihat anak itu terlihat frustrasi setelah mendengar berita kepulangan Langit melalui Ayunda.
Di saat Langit sukses meraih mimpinya dan membanggakan semua orang, Adi justru terjerumus dalam kenakalan yang semakin menjadi. Separuh perjalanan kuliahnya, anak itu menjadi pemabuk dan pecandu obat-obatan terlarang. Hingga akhirnya kuliah itu pun gagal di tengah jalan.
Wajah Biru tak bisa ia lupakan begitu saja. Bahkan ia semakin berteriak saat membayangkan Biru yang sudah bertunangan dan mungkin akan segera dinikahi oleh sepupunya itu. Ditambah lagi tekanan yang selalu diberikan sang papa agar ia segera mengambil alih rumah sakit yang sedang dipegang oleh Ayunda. Ayunda tidak bodoh. Wanita elegan itu bisa membaca siapa yang berdiri di belakang Adibrata. Tentu ia akan menyerahkan rumah sakit itu tapi dengan satu syarat Adi harus menjadi lulusan terbaik di perguruan tinggi. Bukan apa-apa, alasan Ayunda sudah sangat jelas. Karena rumah sakit besar itu harus dipimpin oleh manusia yang berotak. Bukan serakah dan tamak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Buruan Tembak Gue!
RomanceCinta itu tak pernah bergeser sedikit pun sejak ia menatap mata sayu gadis itu. Baraka Langit, berjanji akan menaklukkan calon tunangannya sendiri tanpa membawa label di jodohkan. Dan gadis bermata indah itu adalah Biru Pramana. Penakluk sang kapten...