Om Heru

25 4 11
                                    

"Biruu ... ayo bangun," seru Lisa membangunkan Biru yang hampir terlambat. Hari ini, Biru kembali ke sekolah, setelah satu minggu libur usai ujian semester. Waktu yang cukup bagi Biru mengumpulkan kembali semangatnya. Tidak akan ada lagi nilai yang amburadul. Yang akan ada hanya kertas bertuliskan lulus yang akan ia terima setelah ujian akhir nanti. Semangat Biru...!!!

Di rumah itu, semua orang terlihat panik. Langkah Lisa buru-buru menyiapkan sarapan kesukaan Biru. Walau tampak sederhana hanya roti tawar dan selai kacang, hidangan itu tampak sangat merepotkan Lisa.

"Minumnya apa Bi?" tanya Lisa sambil membawa langkahnya menuju dapur.

"Tante, biar Biru ambil sendiri," Biru segera menyusul Lisa dari belakang.

"Emang bisa?" Lisa melototkan matanya seolah tak percaya.

"Cuma susu coklat hangat itu mah gampang," Biru yakin seribu persen.

"Dua sendok susu dan air panasnya," Biru terlihat sangat serius dengan proyek pertamanya di dapur.

"Selesai, tuh kan Biru bisa Tante...," ucapnya percaya diri.

Biru mengaduk susu coklat itu dengan sangat pelan lalu membawanya menuju meja makan.

"Aduh aduh aduh panas panas panas!"

Prakk.....

Biruu......

"Maaf Oma, gelasnya panas banget...jadi jatuh deh hehe," ucap Biru cengengesan.

"Sudah yang penting kamu gak apa-apa," Oma mendekati Biru yang terpaku di dekat jatuhnya gelas tadi.

"Ok, berarti besok Biru bikin susu sendiri lagi, pasti gak jatuh lagi karena sudah tahu rumusnya kan?" timpal Lisa menyemangati keponakannya yang terlihat lucu itu.

"Ia ia, besok Biru bakal pake piring bawa gelasnya," bibirnya menyimpulkan senyum.

"Bi, kapan kamu mulai les tambahan di sekolah?" tanya Lisa dengan tangannya yang sibuk pada layar ponselnya.

"Ehhhmmm minggu depan Biru sudah mulai Tante. Karena ujian akhir sudah semakin dekat. Bahkan suasana horor ujian akhir itu sudah berhembus-hembus di leher Biru. Sereeeemm..." Biru mengangkat kedua bahunya sambil mengunyah roti buatan Lisa.

"Jaga kesehatan ya Nduk...biar lancar ujiannya," suara oma khas Jawa Timuran. Walaupun sudah lama tinggal di Bandung, oma masih berjiwa Jawa Timur.

Biru menyerumput susu di gelasnya, "Ia Oma. Biru pasti jaga kesehatan."

"Terus nanti jadi kamu ambil sastra?" tanya Lisa kembali.

"Mungkin jadi Tante," lalu sedikit mencondongkan badannya pada Lisa, "Kan Biru mau jadi penulis," bisiknya takut oma menyahut.

"Oma dengar. Gak perlu bisik-bisik!!" wajah oma sudah mengintimidasi Biru dan Lisa.

"Ambil bisnis aja. Kalo kamu jadi penulis, siapa yang akan ngurus restoran mama kamu di Jakarta? Gak mungkinkan kita tutup restoran itu. Itu kebanggaan mama kamu Biru," Oma sedikit menaikkan suaranya pagi itu. Biru tertunduk lemas.

"Oma, jadi penulis juga tetap bisa buka restoran. Nanti Biru pelan-pelan belajar sama Tante. Ya kan Tante?" Biru mengedipkan sebelah matanya pada Lisa.

"Santai aja Ma. Biarkan Biru menjadi dirinya sendiri. Kalo dipaksa nanti dadanya meledak," Lisa mendekatkan secangkir teh hijau di samping benang sulam oma.

"Berarti kamu harus sering bolak-balik Jakarta buat kontrol restoran mbak mu Lisa. Karena anaknya gak mau di ajak kerja sama," sebal oma.

"Selama ini juga begitu kan Ma," ucapan Lisa mendapat pelototan dari oma yang tidak mau disalahkan.

Buruan Tembak Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang