Kencan Ala Langit

22 4 14
                                    

SETELAH MEMBACA PERKENANKAN JEMARI KALIAN KALIAN UNTUK MENDUKUNG KARYA INI DENGAN VOTE,KOMEN DAN SHARE. MARI SAMA-SAMA SALING MENDUKUNG...

APRESIASI KALIAN AKAN SANGAT BERARTI BAGIKU.

PLEASE FOLLOW INSTAGRAM AKU @dia.purnama.9 UNTUK INFO-INFO SEKITAR CERITA YANG AKU TULIS. THANK YOU SEKEBON JERUK GAIISS...

**********

Brem ... brem ...

Oma menoleh ke arah pintu luar. "Suara motor siapa itu pagi-pagi begini?"

"Biar Lisa yang lihat Ma." Lisa berlalu meninggalkan meja makannya menuju pintu utama. "Langit?" sapa Lisa saat tahu siapa yang baru saja datang.

"Pagi Tante, Birunya ada Tante?" senyumnya meluas dengan mata yang mencari-cari sosok cantik yang akan menjadi penumpang motornya pagi ini.

"Langit?" Biru menyapa dari balik punggung Lisa.

"Permisi Tante," seringai Biru dengan sedikit menunduk meminta Lisa memberikan jalan untuknya. "Dasar bucin!" Lisa mengibaskan rambutnya hingga menutupi wajah Biru dan berlalu.

"Hei, kok gak bilang mau jemput?" Biru menelisik visual Langit yang masih duduk di atas motor besarnya.

"Pengen romantis kayak Dilan!" seloroh Langit sambil mengibaskan sedikit jaket jeans nya pada Biru.

"Ulu ulu ulu tayang, kamu best deh." Biru mencubit-cubit gemas pipi Langit dengan suaranya yang dibikin manja.

"Bentar ya aku hubungi Bang Alex dulu biar gak usah antar aku hari ini." Biru menempelkan ponsel pada telinganya. "Bang, pas banget Biru baru aja mau telepon Abang. Jangan-jangan kita jodoh. Hehe ...." Langit menggeramkan mulutnya dengan mata yang sudah siap terlompat. "Belom juga nyambung!" goda Biru dengan seringai yang membuat Langit ketahuan tersambar petir cemburu.

"Halo Bang." Kali ini sambungan telepon itu benar-benar terhubung. "Biru gak usah dijemput ya karena ada Dilan eh ... ada Langit yang jemput," ucap Biru.

Beberapa detik kemudian Biru sudah menutup teleponnya. Itu sebuah panggilan telepon yang sangat singkat karena Alex hanya menjawab dengan kata ok. Tanpa di telepon Biru pun, Alex sudah dikabari Langit agar tidak perlu menjemputnya hari ini. Sebagai gantinya, Langit akan membayar dengan tetesan keringat!

Langit menghidupkan mesin motornya. Menunggu Biru yang masuk kembali untuk mengambil tas sekolah. Tak berselang lama, Biru sudah berdiri siap di hadapan Langit, "Let's go!"

"Wow... Milea ku datang!" respons Langit menatap penampilan Biru dengan jaket jeans nya. Mereka benar-benar seperti icon sepasang anak muda Bandung yang sedang jatuh cinta.

Langit melajukan motornya membelah jalanan kota Bandung yang tampak sedikit mendung. "Lang, sepertinya pagi ini akan hujan," ucap Biru dari balik punggung Langit.

"Kamu takut kita kehujanan?" balas Langit dengan suaranya yang bersaingan dengan suara kendaraan di samping motornya.

"Tidak, justru itu bagus," ucap Biru.

"Bagus kenapa?" tanya Langit.

"Kita jadi semakin mirip dengan Dilan dan Milea yang kehujanan," sahut Biru sedikit menahan malunya. Entahlah, bahkan gadis itu tidak tahu mengapa kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya. Oh mana Biru yang jual mahal dulu?

Langit menarik tangan Biru yang sedari tadi sudah memegang pinggangnya. Kali ini dia ingin tangan itu semakin memeluknya. "Kalo begitu peluk aku kuat-kuat. Aku mau ngebut biar gak kehujanan," ucap Langit.

Buruan Tembak Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang