Aku Sayangnya Sama Kamu Baraka Langit

20 4 12
                                    

SETELAH MEMBACA, PERKENANKAN JEMARI KALIAN UNTUK MENDUKUNG KARYA INI DENGAN VOTE, KOMEN DAN SHARE. MARI SAMA-SAMA SALING MENDUKUNG ...

APRESIASI KALIAN AKAN SANGAT BERARTI BAGIKU. 

PLEASE FOLLOW INSTAGRAM AKU @dia.purnama.9 UNTUK INFO-INFO CERITA YANG AKU TULIS. THANK YOU SEKEBON JERUK GAIIISSS...

**********

Waaaaaw ... mata Biru membulat sempurna. Sejenak gadis itu terpesona dengan pemandangan di hadapannya. "Apa ia, rumah seorang anggota polisi bisa semewah ini? Rasanya tidak mungkin," batin Biru sambil mengedip-ngedipkan mata untuk memperjelas penglihatannya. Sebuah rumah bernuansa putih dengan pekarangan rumah cukup luas. Terdapat taman di sisi kiri dan kanannya. Dan di depan gerbang bagian dalam terdapat pos jaga keamanan. Bahkan rumah ini lebih besar dari rumahnya di Jakarta atau pun rumah oma.

Tiiiiiit ... suara klakson itu membuyarkan lamunan Biru. "Dah nyampe Nona," ucap Langit sambil membuka sabuk pengaman Biru. "Ia ... ia ..." Biru mengambil kantong yang berisi kue coklat untuk sogokkan mama Langit yang tadi mereka beli. Begitu banyak doa yang ia rapalkan sedari tadi berharap akan mengurangi kecemasannya . Hari ini Langit mengajaknya bertemu Ayunda.

"Pak, mama ada?" tanya Langit saat seorang satpam yang duduk di pos jaga tadi menghampiri tuan mudanya.

"Ibu sedang keluar Den dari jam sepuluh tadi," jawab satpam itu. Lalu ia menyambut kunci mobil dari tangan Langit.

"Makasih ya Pak," ujar Langit berjalan memasuki rumah dengan menggandeng tangan Biru.

"Lang, aku takut!" Biru menghentikan langkahnya hingga Langit pun ikut berhenti saat sudah memasuki ruang tamu.

"Kenapa takut?" Langit mengusap punggung tangan Biru untuk memberikan kekuatan super miliknya. Cowok itu tahu, sedari tadi Biru sudah dirundung gugup yang luar biasa. Entah sudah berapa kali gadisnya itu menanyakan tentang penampilannya. Dan entah sudah berapa kali Biru mencari tahu informasi tentang Ayunda walau hanya di jawab seadanya oleh Langit. Mama orangnya praktis. Gak rewel dan sangat modern. Dia pasti suka penampilan kamu modelan begini. Dan protes aku gak akan berguna kalo kalian sudah satu suara.

"Nanti mama kamu marah-marah gimana?" Langit menundukkan kepalanya menatap Biru yang sudah menunduk tidak percaya diri.

"Mama itu anti marah. Apa lagi kalo ketemu calon mantunya. Mama pasti senang," ucap Langit lalu mengurai genggaman tangannya. Ia meraih kedua bahu Biru untuk sejenak menatap wajah manis itu, "Tunggu ya, aku ganti baju dulu."

"Ehm, jangan lama!" Biru menatap Langit yang akan meninggalkannya.

"Apa lagi?" tanya Biru saat Langit berbalik dan menghampirinya lagi.

"Kamu harus selalu terlihat cantik!" Langit melepas karet rambut yang menguncir rambut Biru lalu sedikit merapikannya. "Aku gak bisa begini. Aku harus berobat sebelum terserang penyakit diabetes. Mungkin Langit akan lebih sering memperlakukan aku semanis ini." Biru.

"Ya sudah sana pergi ..." Tangannya mendorong tubuh Langit lalu memudarkan sedikit wajahnya yang sudah semerah jambu air dengan tepukan tangan pada pipinya.

"Cih apa gue bilang ... celana pendek model begini itu memang lagi trend," gumam Biru menelisik celana pendek dan kaus tak berlengan pilihannya untuk menemui ibu dari kekasihnya hari ini. Tidak berlebihan. Tapi dia senang jika seleranya akan sama dengan gaya calon mertuanya. Upps ...

Rumah itu begitu rapi dan bersih. Pasti banyak asisten yang mengurusinya. Biru bergeser sedikit dari tempat awal ia berdiri. Tidak mungkin rasanya tidak melihat-lihat apa yang ada di sekelilingnya. Ini bukan lancang, tapi kebetulan saja lihat apa yang ada di depan mata.

Buruan Tembak Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang