Calon Imam

32 5 26
                                        

Jam menunjukkan pukul 12 siang. Tampak wajah tak semangat sedang merundung Elka. "Gue gak ngerti puisi-puisi, apalagi disuruh bedah buku roman ini," gumam Elka dengan memasang muka sebalnya. Ia masih saja membolak-balikkan buku yang tebalnya hingga 224 halaman itu. Elka tak habis pikir, buku setebal itu bisa dirangkum menjadi satu halaman saja agar bisa disebut sebagai sinopsis.

Lain halnya dengan Biru. Biru yang sangat menyukai novel dan hal-hal yang berbau sastra masih sangat antusias meskipun jam pelajaran Bahasa Indonesia akan berakhir 15 menit lagi. Novel Tenggelamnya Kapal Van Derwick itu sudah dibaca Biru lebih dari 10 kali. Tak heran Biru dengan sangat mudah membuat cerita panjang itu menjadi satu halaman saja.

Di tempat duduk lainnya, Fera dan Indah hanya dapat pasrah mengerjakan tugas Bahasa Indonesia itu. "Sudah, kerjain aja. Kalo Bu Ani tanya setidaknya kita sudah kerjakan," bisik Indah terkekeh pada teman sebangkunya.

Di tengah keseruan Biru dengan novelnya, tampak Langit yang berjalan menuju meja guru. Entah apa yang dibicarakannya hingga guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mengangguk dan menunjuk ke arah pintu keluar. Beberapa saat kemudian, Langit berlalu meninggalkan kelas tanpa menoleh kiri kanan lagi.

"Mau kemana sih tu orang," gumam Biru melirik pada sosok yang beberapa waktu belakangan ini selalu ia pandangi diam-diam. Langit sudah menjauh. Tak lagi menyapa. Tidak juga mendekat. Benar, hampa itu kembali. Tapi apakah itu salah Langit? Biru yang memintanya. Dirinya tahu tak akan sanggup menentang keinginan Agung. Terlebih setelah Agung mengatakan laki-laki yang akan dijodohkan olehnya adalah pilihan Lestari. Apakah Biru memiliki pilihan? Tidak!

Tak ada sorak-sorak kelas lagi yang menyebutkan namanya dan Langit. Tak ada juga aksi Rina yang mendorong-dorongnya agar duduk di samping Langit saat di kantin. Bahkan pernah Biru digoda cowok yang datang ke kelasnya. Langit hanya melirik sebentar lalu pergi tanpa reaksi apa pun. Padahal jauh dalam hati Biru, dia ingin Langit cemburu.

Apa lagi yang tersisa? Langit sudah mengatakannya pada seluruh penghuni kelas IPA 1. Kawal sampai jadian klub pun sepertinya benar-benar bubar. Biru kehilangan!!

"Bi, gue cuci muka dulu ya, ngantuk banget," Elka berlalu dengan wajah malasnya. Biru mengangguk. Lima belas menit berakhir. Pelajaran Bahasa Indonesia pun usai, tapi Elka belum kembali. Lalu Langit? Apa mereka pergi bersama? Biru mulai gusar.

"Hei guys, gue ke toilet bentar ya," izin Biru pada Fera. Biru berjalan dengan langkah cepatnya mengingat ini bukanlah jam istirahat. Hanya waktu pergantian jam pelajaran saja. Jadi jangan sampai terlambat masuk kembali saat kelas berikutnya dimulai.

Biru melewati lorong kelas yang sepi hingga ke toilet tempat tujuan pertamanya. . Matanya berkeliaran mencari tanda-tanda keberadaan Elka. Namun sia-sia. "Ke mana sih Elka?" tanya Biru sesaat ia keluar dari toilet. Langkahnya terus saja mencari Elka yang hilang sejenak dari radarnya. Biru memikirkan sesuatu, mungkin saja sahabatnya itu menghilangkan kantuknya bukan dengan mencuci muka melainkan mengisi perutnya di kantin. Dengan ekspresi gemas, Biru menuju kantin yang tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang. Tapi sesaat ia menoleh ke arah kiri tepatnya musala masjid, Biru melihat seorang siswa perempuan berambut pendek, kurus dan berkaos kaki tinggi sedang mengintip-intip ke arah dalam musala. Tampak kakinya sedikit menginjit agar bisa menggapai jendela yang lebih tinggi dari tinggi badannya. "Elka? Ngapain dia di sini?" gumam Biru yang sangat terkejut menemukan fakta unik ini. Langkahnya segera memburu ke arah sasaran. Ia berdiri mendekat di samping Elka tanpa suara. Hanya menyenggol-nyenggol pinggang Elka yang belum juga Elka sadari.

"Ka, lo ngapain di sini sudah kayak anak laki ngintip anak perawan aja," bisik Biru karena takut menggangu jamaah salat zuhur.

"Shutttt, jangan berisik. Lo liat deh calon-calon imam itu, mukanya ngademin banget," seloroh Elka mengarahkan tangannya pada pandangan yang ia rasa sungguh luar biasa itu.

Buruan Tembak Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang