Jaket milik Langit

13 4 14
                                    

SELAMAT MEMBACA.....

**********

"Ingat! Jangan ada yang membahas apa pun tentang kejadian saat di vila. Yang gue ceritakan sama kalian semua sudah akurat dan lengkap. Jadi, pasanglah wajah seolah-olah semua sudah baik-baik saja. Kita tidak ingin melihat anak itu nangis lagi kan?"

"Ehmmm ..."

"Tapi gue gatel pengen nanya lagi ..."

"Yang laki gue ceritain itu sudah sesuai porsinya. Ini tentang hukum pidana, memang kita tidak boleh banyak tahu."

"Tapi gue ..."

"Shut ..." Suara bisik-bisik di depan pintu perawatan Biru sesaat sebelum ketiga pembuat rusuh itu mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk.

Suasana pagi di kamar perawatan Biru tiba-tiba hening, tegang dan sedikit menakutkan. Tatapan mata sang pemilik kamar begitu mengHujam tiga orang tamu yang baru saja tiba membesuk.

"Tetap di sana!" titah Biru pada seorang yang dulu bergelar emak-emak di antara mereka. Paling peduli, paling berisik, dan selalu menjadi penengah dalam setiap masalah.

Kaki Elka menggantung di udara saat kata-kata itu mengenai dirinya. "Ups," katanya saat hampir saja melanjutkan langkahnya menuju ranjang Biru.

"Dan lo, bawa balik buah-buahan itu. Gue gak perlu. Terlambat!" ketus Biru pada teman satunya lagi. Indah mencebik. Bungkusan buah yang sudah mendarat indah di sebuah meja kecil itu ia peluk kembali. "Ya sudah kalo gak mau. Buat gue aja!" Omelnya tak kalah ketus.

"Sayang," si telat nyambung ikut bersuara. Kali ini tangannya tidak lagi menenteng novel atau komik seperti masa sekolah dulu. Dia tampak lebih dewasa dengan kawat giginya yang berwarna merah muda.

"Kalian jahat!" seketika rengekan itu menggema di kamar VIP pasien atas nama Biru Pramana. Dan ketiga sahabat itu pun mendekat lalu memeluk dan melepas rindu.

"Maafin kami ya baru bisa berkunjung hari ini," kata Elka melepas pelukannya.

"Ia deh yang pengantin baru. Maunya di kamar mulu." Biru mencebik pada wajah Elka yang semringah.

"Hehe. Bukan gitu sayang. Habis acara kemarin aku sakit. Kecapean! Bang Alex juga gak tega liat aku keluar. Padahal kemarin udah kekeh pengen ke sini," Elka membela diri.

"Alah bang Alex sok-sokan gak tega. Lah lo sakit kan gara-gara dia," seloroh Indah sedikit mencebikkan bibirnya.

"Emang bang Alex bikin lo sakit apa Ka?" tanya Fera antusias.

"Fera!" Akhirnya suara teriakan legendaris itu keluar juga. "Kalian apaan sih masih aja suka teriak-teriak."  Fera duduk di tepi ranjang dan mengupas satu jeruk untuk dirinya sendiri.

"Kalo lo kenapa baru ke sini?" Kini giliran si ratu judes mendapatkan pertanyaan Biru.

"Kan seminggu ini gue dapat jaga IGD malam terus Bi. Sedang siangnya gue sibuk siapin materi-materi buat ambil spesialis. Rega juga gitu." Biru mengangguk mendengar alasan sahabatnya.

"Kirain gue lo pada lupa sama gue," ucap Biru sendu.

"Gak ada yang lupain lo Bi. Kemarin-kemarin itu memang kita belum bisa datang aja. Yang pentingkan abang Langit setia di samping lo," ucap Fera sambil menyuapkan Biru buah jeruk.

"Emang lo sibuk apaan? Perasaan lo sama kayak gue. Mantan mahasiswa yang masih nganggur," kata Biru sambil menyambut suapan buah berikutnya.

Fera tertunduk malu. Wajahnya tersenyum menahan sesuatu seperti akan mengatakan sesuatu pada ketiga sahabatnya.

Buruan Tembak Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang