Buruan Tembak Gue!

18 4 11
                                    

SEBELUM LANJUT BACA, JANGAN LUPA FOLLOW DULU YA. LALU LIKE, VOTE DAN SHARE SEBANYAK-BANYAKNYA. DUKUNGAN KALIAN AKAN SANGAT BERARTI BUAT AUTHOR. FOLLOW JUGA INSTAGRAM  @dia.purnama.9

**********

Tok tok tok.....

"Halo sayang ..." sorak Elka dan geng komik lainnya memasuki kamar Biru. Sepertinya geng komik baru kembali dari toko buku. Apa lagi kalau bukan memburu komik baru. Tampak Fera kerepotan membawa sebuah kantong belanjaan bermerek toko buku langganan mereka. Sedangkan Indah menenteng beberapa camilan dan buah kesukaan Biru.

"Akhirnya kalian datang juga. Gue bosan gak ada teman berghibah," ucap Biru mengadu pada geng komiknya.

"Ia ini kita datang buat berghibah sama lo dan bawain komik baru juga. Biar lo cepat sembuh," sahut Elka sambil merebut kantong yang masih ditenteng Fera.

"Lo udah baikkan kan Bi? Soalnya Langit bilang lo demam," ucap Fera memeriksa kening Biru.

"Dia cuma bilang gue demam? Kalian gak nanya apa yang terjadi sama gue kemarin?" Tatap Biru satu persatu ke wajah tiga orang gadis di hadapannya.

"Kami gak perlu tanyain apa yang terjadi tadi malam. Langit sudah cerita!" Sreekk ... Indah merobek bungkus camilan kesukaannya. Biru menautkan kedua alisnya seolah butuh penjelasan. Sejak kapan geng komiknya akrab dengan mahluk bernama Langit.

"Hape lo gak sengaja kebawa sama Langit. Saat gue telepon, ya cogan itu deh yang angkat. Jadilah kita ngomongin lo. Telinga lo gak merah kan Bi?" tanya Elka yang tak ingin membahas tentang kejadian yang dialami Biru tadi malam. Cukup Langit sudah memperingatinya.

"Tumben dia mau banyak cerita. Biasanya dia pelit sama kata-kata kalo bicara sama orang lain selain gue," rutuk Biru mengangkat ujung bibirnya sinis.

"Cih sombong! Semenjak kenal lo, dia berubah Bi. Kami aja kaget kenapa Langit yang sekarang berubah total," jelas Indah yang duduk di ujung kaki Biru.

"Sama kaya lo, berubah semenjak pacaran sama Rega," sahut Fera menimpali perkataan Indah.

"Kok jadi bahas gue sih?" Indah mengunyah keripik kentangnya ngebut.

"Emang Langit cerita apa aja ke kalian?" tanya Biru ingin tahu. Aduuh ... menyebut namanya saja membuat gadis itu deg-degan. Hingga tanpa sadar ia tersenyum. Biru sepertinya sangat ikhlas jadi bahan ghibahan Langit dan gengnya.

"Gak usah kepo dia cerita apa. Yang jelas kami ke sini buat jenguk sahabat kami yang bikin banyak cewek iri satu sekolah. Siapa lagi kalo bukan Nyonya Langit," terang Indah yang sudah selesai dengan keripik kentangnya.

"Kok Nyonya Langit sih?" ucap Biru berpura-pura tak terima.

"Mau lo gue panggil Nyonya Adibrata?" Indah menambah jengkel di muka Biru.

"Lo dengerin cerita gue, dan elo dayang-dayang sumbing harap diam walaupun itu berat bagi kalian," Elka yang biasa cengengesan berubah bijak menatap Fera dan Indah.

"Lo dayang sumbing, kita mah power ranger," gerutu Fera pelan.

Ketiga sahabat itu sudah dalam mode tenang dan siap mendengarkan penjelasan Elka sang pelawak yang menjelma bijak.

"Bi, gue tahu lo cemburu setelah melihat nenek lampir itu mencuri ciuman pertama Langit di muka umum. Ya, kan?"

"Itu bukan ciuman pertama kali Ka. Itu namanya disosor," Indah di ujung sana menimpali pertanyaan Elka.

"Ndah, kan gue bilang diam dulu." Elka memasang muka devilnya.

"Lagian lo pertanyaannya gak cerdas banget. Masih tanya Biru cemburu apa gak? Kalo membunuh itu tidak dosa, mungkin semua wanita di dunia ini sudah melakukannya pada cewek seperti Intan tadi malam. Termasuk Biru," sarkas Indah bergemuruh. Fera menyabarkannya. Menariknya sedikit untuk duduk kembali.

Buruan Tembak Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang