SETELAH MEMBACA, JANGAN LUPA TERUS DUKUNG KARYA INI DENGAN VOTE, KOMEN DAN SHARE SEBANYAK-BANYAKNYA YA TEMAN.
JANGAN LUPA JUGA FOLLOW CERITA INI AGAR JADI SAKSI CINTA LANGIT DAN BIRU HINGGA TAMAT.
INTIP JUGA INSTAGRAM PENULIS YA @dia.purnama.9 BIAR PENULISNYA MAKIN SEMANGAT LAGI. TERIMA KASIH...
***********
Braak ... suara pintu kamar itu terbuka keras. Helaan nafas berat Biru memasuki kamarnya terdengar jelas. Gadis itu terlihat lelah. Ia membanting tas kecilnya begitu saja di atas nakas hingga pigura foto di sana sedikit bergeser.
"Eitsss, kamu gak boleh geser," ucapnya pada foto pertunangannya empat tahun yang lalu. Lalu merapikan kembali posisi foto itu.
Waktu empat tahun sudah berlalu dengan begitu cepat. Biru dan geng komik pun sudah mendapatkan gelar wisudanya satu minggu yang lalu. Namun Indah masih terus melanjutkan pendidikannya ke jenjang berikutnya. Karena untuk menjadi seorang dokter tidak cukup waktu dalam empat tahun itu saja. Bersama Rega yang sudah menjadi tunangannya saat ini, Indah pasti akan melewati semuanya dengan baik.
Biru menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk miliknya. Menatap langit-langit kamar yang sudah bosan mendengar ceritanya yang belum berujung. Kali ini ia menambah cerita baru.
"Siapa yang tunangan duluan, siapa yang nikah duluan," ucapnya pada langit-langit kamar itu lagi. Hari memang sudah mulai gelap hingga langit-langit kamar itu tampak bercahaya dengan stiker bergambar bintang yang akan tampak bercahaya dalam ruangan gelap.
Tangan gadis itu terangkat dengan jari-jari yang mengembang. Matanya menatap salah satu jari yang paling berkilau oleh selingkar cincin pengikat hubungannya bersama Langit.
"Sudah satu minggu gak kasih kabar. Kamu gak tahu apa rindu aku sudah seberat toren air. Bang Alex aja tahu rindu itu berat. Jadi buru-buru nikahin Elka. Tapi kamu?" ucap Biru mengenang laki-laki yang mengikatnya dengan cincin itu. Rasa rindu itu sudah menggunung. Empat tahun menjalin hubungan jarak jauh tidak cukup menghapus rindu hanya dengan bertemu satu hari saat Langit mendapatkan izin pesiar. Itu pun Biru yang harus berkunjung ke Semarang, kota tempat Langit mengenyam pendidikannya. Namun jika Biru pun sedang sibuk oleh tugas kuliah, maka rindu itu hanya angin yang bisa dirasa tapi tak bisa digapai.
Langit pun sama. Di hati dan kepalanya selalu mengingat gadis Bandung pilihan papanya itu. Tapi apa mau dikata, dirinya hanya mampu mengecup kening gadis itu dari kejauhan setiap kali Biru menangis dari balik layar ponsel. "Sabar, setelah aku selesai, kita akan sama-sama terus." Kalimat Langit yang sudah sangat Biru hafal.
Biru kembali menangis. Ingin rasanya ia terbang ke Semarang saat ini juga. Tapi itu pasti percuma. Laki-laki itu pasti sedang sibuk-sibuknya karena akan mengakhiri pendidikannya dalam satu minggu lagi. "Tunggu saja dia pulang minggu depan," pesan Agung saat anak gadisnya merengek mencari info tentang kepulangan Langit. "Aaa ..." pekiknya dalam selimut tebal. Gadis itu hanya rindu.
Tok ... Tok...
"Bi ... mana suvenir untuk tante?" Lisa sudah berdiri di ambang pintu yang belum terkunci tadi.
"Tuh ..." Tunjuknya pada suvenir pernikahan yang ia bawa pulang tadi.
"Bagaimana Elka tadi? Pasti cantik sekali. Orang yang jarang dandan, sekalinya dandan pasti bikin pangling," tanya Lisa. Hari ini adalah hari pernikahan Elka dan Alex. Enam bulan menjelang Elka wisuda, Alex mulai gencar mengurus berkas-berkas pernikahannya bersama Elka. Baginya pacaran selama tiga tahun sudah terlalu lama menyiksa dirinya dengan rasa rindu. Alex tidak bisa bersabar lagi. Cinta memang tidak mengenal bentang usia. Ketika rasa nyaman dan rindu itu bersatu, maka itulah cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buruan Tembak Gue!
Roman d'amourCinta itu tak pernah bergeser sedikit pun sejak ia menatap mata sayu gadis itu. Baraka Langit, berjanji akan menaklukkan calon tunangannya sendiri tanpa membawa label di jodohkan. Dan gadis bermata indah itu adalah Biru Pramana. Penakluk sang kapten...