Cemburu Menguras Hati

25 4 14
                                    

Selalu saja begitu. Kedatangan Biru menjadi perhatian teman-temannya. Apa lagi pagi ini Biru digandeng Heru berjalan memasuki sekolah dengan seragam kebanggaannya. Dengan nama dan pangkat yang tersemat di baju itu cukup menggertak anak-anak tengil yang pernah menggoda atau pun berniat menyapa Biru.

"Om bikin teman-teman Biru takut," lirih Biru dari bawah ketiak Heru.

"Tidak. Mereka hanya terkejut. Pengawal Biru sangat tampan," kelakarnya. Matanya menyapu setiap sisi sekolah berharap bertemu seseorang. Anak itu harus tahu, siapa pelindung gadis yang ia ganggu waktu itu.

"Adi ..." lirih Biru menatap sosok yang baru saja melintas di depan mereka. Entah sengaja atau memang tidak melihat, Adi seolah tak mengenal Biru. Tatapannya lurus ke depan dengan langkah lebih panjang.

"Kamu kenal dia?" tanya Heru berpura-pura tak tahu.

"Ehm ..." jawab Biru.

"Hati-hati sama dia. Kalo ada apa-apa cepat hubungi om atau Alex," ucap Heru yang mulai khawatir dengan keamanan Biru semenjak mendapat berita dari Alex dan Langit.

"Sopir lo mana? Bukannya kemarin pake sopir ganteng?" tanya Indah menghampiri Biru saat Heru sudah beranjak pergi.

"Ada di rumah temenin oma ke pasar," jawab Biru palsu. Identitas Alex sebagai polisi harus disembunyikan. Setidaknya untuk saat ini.

"Bokap lo ketemu di mana sih sopir cakep kaya gitu?" sahut Elka dengan senyum mencurigakan. Ia, Geng Komik bertemu saat berjalan menuju kelas. Jadi mereka sempat-sempatkan waktu untuk sekilas berghibah.

"Mana gue tahu. Pokoknya tau-tau jemput gue aja," Biru mengangkat kedua bahunya.

"Bi gue baru tahu om Heru lo itu polisi. Ganteng lagi," ucap Elka. Biru mengangguk sepakat dengan pendapat Elka. "Dia sahabat baik papa. Konco banget," Biru menyatukan telunjuk kiri dan kanannya seperti sebuah ikatan yang kuat.

"Fix ... Bi, om Heru ada anak cowok gak, kenalin ke gue deh," rengek Fera benar-benar serius.

"Kalo pun om Heru punya anak cowok, gue rasa bakal dikenalin dulu sama Biru deh. Secara om Heru temanan sama bokapnya," ucap Indah menjelaskan.

"Ia juga sih," ucap Fera pelan menerima nasibnya.

"Gue gak kenal sama anak atau pun istrinya om Heru. Dia gak pernah bawa ke ke rumah," ucap Biru sambil memandang lapangan basket. Siapa lagi yang dia cari kalau bukan sang kapten! Tanpa mereka sadari, Langit sudah berjalan di belakang mereka sejak tadi. "Anaknya om Heru ?Bukannya itu gue?" gumam Langit lalu berjalan mendahului langkah Geng Komik. Dengan sengaja ia menyenggol bahu Biru hingga gadis itu menoleh dan menatapnya balik, "Langit ..." ucapnya lirih.

"Tuh kan tu cowok kenapa ganteng banget sih, wangi lagi," ucap Fera sembari mengumpulkan kedua tangannya di depan dagu seakan terkagum-kagum.

"Ganteng tapi dingin seperti es," saut Indah.

"Gak kalo lagi sama gue, dia seperti es yang mencair," bela Biru dengan senyum nya yang mengagumi. Sontak membuat teman-temannya menoleh.

"Ia tahu yang kemarin ditangkap, digendong sampai diantar pulang," ujar Indah kepada sahabatnya yang mulai senyum-senyum sendiri.

"Sudah nembak lagi belum?" Elka menyenggol bahu Biru untuk menggoda.

"Ehm ... jawab gak ya," Biru dikepung tatapan penasaran dari ketiga Geng Komik.

"Huh ... itu aja main rahasia. Nanti juga ketahuan. Cerita sendiri," ledek Indah yang bosan menunggu jawaban Biru. Begitu juga Elka.

"Benar deh. Gue sudah kehabisan harapan," ucap Fera dengan wajah dibikin sesedih mungkin.

Buruan Tembak Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang