Demi Kamu!

20 4 10
                                        

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE YA...TERIMA KASIH...

**********

Langit sudah menunggu Biru tak sabar di depan kelas. Surat kelulusan yang digenggamnya dari tadi sudah sedikit basah oleh keringat. Menunggu Biru keluar dari kelas dengan surat kelulusannya sungguh menguras tenaga dalamnya. Kalo saja ia bisa menarik Biru agar lebih cepat, sudah ia lakukan dari tadi. Mengapa juga harus Pak Haris yang membagikan surat kelulusan di kelasnya. Ke mana wali kelas yang seharusnya menjalankan tugas terakhirnya hari ini. Langit kesal. Pasti Haris mempersulit Biru di dalam kelas itu. "Sudah tidak ada lagi jalan untuk berjuang Mister! Biru sudah memilih gue." Langit menatap pintu kelas itu dengan nyalang. Tangannya dilipat di depan dada yang bergemuruh. "Oh shittt ... lama sekali!" teriak Langit lagi.

Ckreeek ... pintu terbuka. Wajah berseri itu sungguh sudah mengunci hati Langit. Laki-laki yang tidak sabar itu langsung merebut kertas dari tangan Biru. "Mana aku lihat?"

"Cih dasar pemaksa!" gerutu Biru berpura-pura tidak suka.

"Syukurlah kita lulus," lirih Langit melipat kertas itu kembali. Wajahnya lebih tenang bila dibandingkan dengan wajah gusarnya saat menunggu Biru keluar kelas tadi. Haris belum sepenuhnya hilang dari daftar pesaing Langit. Posisinya masih saja terancam walaupun jelas-jelas Biru sudah memilihnya. Laki-laki itu geram. Menatap Biru dengan penuh selidik. "Si Mister gak laku itu bilang apa aja. Kok lama banget giliran kamu?" Biru mendengus sebal. Masih saja Langit cemburu. Tapi Biru senang. Ia merasa diinginkan oleh sang kapten.

"Katanya ...," Begitu lambat lanjutan kalimat itu. Langit kembali tak sabar.

"Katanya apa?"

"Eits ... sabar dong. Main gas aja nih kapten. Dia bilang, kalo ketemu bapak di jalan jangan sungkan untuk menegur. Dan raihlah cita-cita kalian setinggi langit." Mata Biru melirik menunggu reaksi Langit selanjutnya.

"Cih klise banget. Terus kamu bilang apa?" Biru menyunggingkan senyum. Gadis itu tahu Langit susah diajak bercanda kalau sudah mode cemburu seperti ini.

"Aku bilang, aku sudah punya Langit pak. Gak mau kejar langit yang lain lagi," Biru bergelayut manja pada lengan kokoh itu. Melihat lebih dekat pipi Langit yang sudah bersemu merah.

"Kamu gemas sekali sih kalau malu begini." Biru menarik hidung mancung Langit. Langit pun terkesiap. "Kamu ...,"

"Ayo kejar aku......" Biru berlari menjauhi Langit. Baru saja kaki Langit akan melangkah mengejar Biru, Rega dan Geng Komik lainnya keluar dari kelas.

"Lang ...,"

"Hei ... gimana punya kalian?" Langit mendekati sahabat karibnya itu.

"Kita lulus semua dong. Masa harus tinggal kelas sih?" ucap Rega dengan pongah.

"Ya syukurlah. Oh ya, kalo sudah selesai, ikut gue makan-makan yuk." Tawaran itu sungguh menyejukkan hati yang sudah ketar-ketir menunggu surat kelulusan tadi. Indah, Elka dan Fera mengangguk serempak. Menghadapi penghakiman Pak Haris tadi sungguh menghabiskan kesabaran mereka. Laki-laki yang sempat mengagumi Biru itu benar-benar meluapkan kekesalannya kepada Indah dan Elka yang selalu ogah-ogahan mengikuti kelas Bahasa Inggrisnya selama ini. "Halo Pak, tidak semua siswa harus menguasai Bahasa Inggris seperti Fera. Kami unggul di bidang kami masing-masing," jawab Elka yang sempat membuat Haris terdiam di dalam kelas tadi. Benar-benar tidak ada rasa takut. Untung saja tidak bertemu lagi. Haris jadi ngeri sendiri.

"Hei lo dari mana, nafas ngos-ngosan gitu?" Elka menoleh pada Biru yang baru menghampiri mereka.

"Gue pikir kalo gue lari bakal dikejar sama cowok ini. Ternyata gak," protes Biru sambil meraih lengan Langit.

Buruan Tembak Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang