Assalamualaikum
Warahmatullahi WabarakatuhSelamat Membaca
"Sa, Sa, lo ngerasa ada yang janggal nggak hari ini. Disekolah ini?!" Rosa menggeleng kepala sembari terus menulis rumus matematika yang ada pada dinding.
Sella mendengus melihat reaksinya. Gadis itu menyangga kepalanya sembari menatap guru yang masih menuliskan rumus rumus matematika.
"Gaffian nggak kelihatan tau setengah hari ini!" ujarnya malas.
Pergerakan menulis Rosa berhenti. Gadis itu menoleh,"sedetail itu lo mantau dia?"
Sella menarik tangannya,"Ya lo sih nggak peka! Setiap lo jalan kemana aja, gue selalu liat Gaffian ada nggak jauh sama kita!"
"Serius?" tanyanya ragu.
Sella memegang buku matematika,"perlu di pukul dulu wajah gue?"
Rosa tentu menggeleng. "Sa, ayolah. Keras banget sih! Susah dibilang!"
"Kok ngeggas sih?!" seru Rosa tertahan. Matanya melotot pada Sella yang mengerucut kecil.
"Ya lo sih keras kepala! Jangan sampai lo nyesel Sa, Gaffian itu bener bener sayang sama lo! Gue selama hidup baru lihat dan tahu ada cowok segitunya!"
Rosa melipat bibirnya, ia menatap papan tulus didepan. Dirinya sebenarnya bingung sama hati dan pikirannya.
"Kalau lo cari yang sempurna itu nggak ada. Sempurna menurut kita itu yang bisa jadi pelindung, cinta, sama diri kita!" ucap Sella mencoba menjernihkan pikiran temannya.
"Posesif itu wajar Sa. Yang penting kan seposesifnya dia, lo yang kontrol! Dia nurut!"
"Kurang apa coba?!" imbuhnya menggeleng kepalanya.
Sella kembali menghadap papan putih didepan kelas. "Pikirin lagi, sebenarnya lo masih cinta, cuma, lo selalu ingat ingat keposesifannya dan itu bikin lo nggak nyaman sama risih!"
Tringggg
Bel pulang sekolah telah berbunyi.
"Oke, kita lanjut minggu depan. Tapi yang belum selesai catat, tidak boleh keluar kelas!" ucap guru matematika yang galak itu.
"Yahhh, Pak!" seru Sella dan lainnya.
***
TAKK
PYARRR
Gigi bergemelatuk kecil, sorotnya menatap gelas yang pecah. "Pecah, Maa!!"
Bertepatan pula kepalanya terangkat ke atas. Dirinya bukan menemukan wanita paruh baya yang ia sebut tadi, tapi perempuan lain.
"Sakit, tapi masih bisa minum. Keren!" serunya pelan. Tidak ada raut marah, sedih atau lainnya. Hanya saja dirinya terkejut saat pertama melihat.
"Vodka, kadarnya tinggi. Nyimpannya dimana biar aman?" pertanyaan seperti sindirannya tak bisa dielak.
Mata hitam legam itu masih setia mendongak sembari menatap si empu berbicara.
Gadis itu mengangguk sembari menelisik kamar ini. "Gue tahu, lo bersikap kaya gini biar makin sakit, terus si Rosa nambah merasa bersalah deh. Gitu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Mantan
Teen Fiction[ New Version ] Blurb : Seorang lelaki yang dingin, berubah semakin dingin dan semena mena hanya karena seorang gadis. Usahanya untuk kembali lagi bersama membutuhkan perjuangan yang begitu keras. Di saat kesempatan terasa tidak ada. Mulai: 10 Oktob...