Bab 45

1.6K 66 4
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca


Seseorang menghalangi jalan, berdiri di tengah-tengah langkahnya. Mata tajam yang hitam itu menelisik dengan tatapan datar. Pandangannya naik, menemukan wajah cukup tampan sedang menatapnya.

"Mau bertaruh?" tawar seseorang itu menaikkan satu alis kanannya. Hal itu membuat Gaffian menatap remeh. Cowok berseragam rapih itu mendengus samar.

Ia menggaruk pelipisnya dengan gerakan dua garukan, lantas memasukkan tangannya ke dalam saku celana kembali.

Gaffian tidak memperdulikan, dan hendak kembali melangkah namun tangan orang itu menghadang jalannya. Sehingga dirinya ikut menghentikan langkahnya. Kepalanya menoleh dengan gerakan datar,"Singkirin tangan lo!" titahnya. Aura Gaffian sangat mendominasi.

Seseorang itu menarik tangannya,"Takut?"

"Pernah denger, seorang Gaffian takut?" terang cowok berusia 18 tahun itu.

Seseorang itu menggendikan bahunya. "Siapa, tahu, Man?"

"Gue masih yakin, Rosa terima lo itu--- karena kasihan." ucapnya berbisik rendah di akhir. Gigi Gaffian bergemelatuk ringan, emosinya mulai tersulut. Ia mengitarkan tatapannya ke seluruh koridor dengan sisi kirinya adalah lapangan outdoor.

"Jangan halangi jalan gue, atau-- gue nggak akan segan buat hancurin hidup lo!" desis Gaffian datar.

Seseorang itu tertawa remeh, lantas melenyapkan tawa itu dengan berubah menjadi tatapan menantang. "Apa seorang Albar, pernah takut?" ucapnya meniru apa yang Gaffian ucapkan.

"Gimana? Kalau lo kalah, Rosa akan jadi kesempatan gue. Dan, lo jauhin dia!" tegas Albar. Berkata seolah tidak ada rasa salah. Padahal Albar sama sekali tidak memiliki tempat di hati seorang Rosa. Acara menembaknya 3 hari lalu gagal.

"Milik gue, nggak bisa dijadiin taruhan! Ngerti, lo?" desisnya. Lantas berjalan menubruk bahu Albar sampai membuat cowok itu bergeser. Cowok itu membalikkan badannya menatap punggung Gaffian yang melangkah dengan gagah.

***

Gaffian masih mengingat perkataan Albar. Sedikit bersyukur sebab emosinya masih bisa terkontrol. Jikalau tidak, Ia pastikan Albar sudah babak belur ditangannya.

2 hari dengan status balikkan ternyata banyak sekali godaan untuk tak terkontrol. Ia tidak ingin hal itu terjadi.

Netra hitamnya melirik ke kiri dan menangkap siluet seseorang yang ia kenali.

Perpustakaan

Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Ia lantas masuk ke dalam sana. Sedangkan di dalam sana, seorang gadis dengan potongan rambut pendek yang mulai memanjang tengah mencari-cari sebuah novel yang bisa Ia baca di hari minggu nanti.

Ia mengetukkan jarinya di dagu, tampak menimang novel mana yang akan Ia pinjam. Sebab, di sekolah ini hanya di perbolehkan meminjam satu buka saja. Dan diberi garansi membaca 5 hari sebelum di kembalikan.

Tuk

Ketukan dua kali di bahunya mengejutkan gadis itu. Lehernya memutar ke kiri, mendapati seorang lelaki yang berdiri disampingnya. "Kamu? Ngapain kesini?" tanya Rosa.

"Ada kamu disini," jelas Gaffian menyenderkan tubuhnya pada rak besar yang menyimpan banyak novel. Tatapan Rosa naik ke wajah tampan kekasihnya.

"Bagus, udah potong rambut." puji Rosa menipiskan bibirnya. Gaffian tertarik dengan pujian itu. "gimana?" tanyanya.

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang