Bab 47

1.2K 59 12
                                    

Tepukan tangan kini riuh terdengar di telinga. Semua orang yang hadir di sidang proses akhir penyerahan masa jabatan yang akan segera di adakan pemilihan 1 bulan ke depan.

Akhirnya 1 tahun sudah Albar dan teman-teman lainnya menyelesaikan tugasnya sebagai OSIS. Projek-projek dari visi-misinya yang sudah terlaksana satu persatu.

Meskipun dipersidangan tadi terdapat perdebatan antar anggota OSIS angkatan Albar dan anggota OSIS kelas 10 dimana salah satu dari mereka akan ditunjuk untuk pilihan ketua OSIS dan wakil ketua OSIS.

Albar dan Rosa menghela nafas lega, keduanya sama-sama menutup proposal berisi catatan kerja selama satu tahun ini dan semua kegiatan, keuangan, peralatan OSIS yang dibahas disana.

Keduanya saling menatap, lantas Albar berinisiatif memeluk Rosa sebagai rasa terimakasih atas dampingannya sebagai sekretaris OSIS dalam membantu mengembangkan visi-misinya.

"Makasih, buat satu tahun ini Sa." ucapnya menepuk punggung kecil gadis itu. Rosa terkejut, namun ia berpikir ini mungkin bentuk Albar berterimakasih.

"Hm, sama-sama. Makasih juga buat hal-hal baru yang belum tahu selama ini. Sama lo gue bisa sedikit belajar." ujarnya.

Setelah aksi pelukan. Keduanya bersalaman pada wakasis dan beberapa staff guru yang terlibat dalam persidangan tadi.

Tak jauh dari ruang aula tempat luas itu digunakan sebagai acar MOS/MPLS disekolah, dan juga rapat bahkan sidang yang menyangkut OSIS. Lelaki jangkung yang memiliki mata yang tajam aura sangat dingin tak tersentuh itu berdiri di sudut jendela aula. Tatapannya begitu tajam seperti ingin menerkam mangsa.

Lihat saja apa yang akan dia lakukan setelah ini.

***

Tak terasa kini mereka waktunya pulang setelah acara usai. Langkah selanjutnya mereka akan mempersiapkan siapa yang akan di tunjuk atau mau mendaftarkan dirinya sebagian pilihan OSIS pada pemilu disekolah nanti. Di SMA Bhakti ini disebut PILKAOS atau pemilihan ketua OSIS.

"Sa, gue pulang duluan, ya?" pamit teman-temannya.

"Oh, iya, silahkan." ujar Rosa bersiap menenteng tasnya. Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore. Dilaksanakan pada hari minggu ketika semua libur.

"Bareng gue, Sa." ajakan itu membuat Rosa memutar badannya ke samping. Menemukan Albar yang sudah siap dengan tasnya.

Gadis itu terdiam. Jika pulang bersama Albar dan Gaffian tahu, pasti akan ribut. Dan masalah akan datang.

"Enggak, Bar. Makasih deh, gue dijemput sopir soalnya." tolaknya tersenyum tipis.

"Ohh, ya udah, gue temenin sampai sopir lo datang." saran Albar mencoba bersama.

"Enggak usah, Bar." ucapnya lembut.

"Disekolah udah sepi, cuma kita berdua, lo berani nunggu sendirian? Ha?" mencoba menggoyahkan Rosa. Terlihat gadis itu kembali berpikir.

Titttt

Suara klakson mobil memasuki parkiran. Mobil BMW seri X5 membuka pintu jendela kaca. Memperlihatkan seorang laki-laki menatap mereka datar.

Rosa terkejut, orang itu Gaffian.

"Masuk, Sa." suara lelaki itu menjadi tegas dan dingin. Tidak mau dibantah. Rosa melirik Albar yang berdiri disebelahnya masih saling menatap pada Gaffian.

"Um, Bar. Gue duluan, ya." ujarnya segera membuka pintu mobil dan duduk.

"Ayo jalan," pinta Rosa kepada Gaffian. Tapi lelaki itu masih saling adu tatap dengan mantan ketua OSIS itu.

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang