Puas matanya memperhatikan seorang gadis yang sangat ia cintai sedang bersemangat mengamati berbagai macam bunga yang tumbuh.
Wajahnya teramat serius. Mereka berada di perkebunan bunga, disana diajarkan cara menanam, merawat, dan jenis bunga.
Seperti sekarang ini, tangan putihnya menyirami tanaman yang baru saja usai di tanam. Pemilik perkebunan ini turun tangan langsung mengajarinya.
Pemilik tersebut adalah kenalan atau teman dari Sandrina. Wanita itu penyuka bunga, kebetulan calon menantunya juga pecinta. Karena itu Sandrina menyarankan pada Gaffian membawa Rosa kesana. Supaya hubungan mereka semakin erat dan romantis.
Waktu mereka digunakan bersama.
Plukk
Sebuah topi pantai mendarat tepat di atas kepala Rosa. Gadis itu tersentak kecil, pandangannya naik ke atas. Tangannya yang terlapisi sarung tangan tersebut mencoba menyentuh topi tersebut tetapi tangan besar Gaffian lebih dulu menahannya.
"Matahari mulai terik, kamu udah keringetan." ucap Gaffian serius dengan suara rendahnya. Berdiri membungkuk di sebelahnya. Mata mereka bertemu beberapa detik sebelum Rosa lebih dulu memalingkannya.
"Makasih, Gaff." ucapnya pelan. Sudut bibir Gaffian terangkat,"sama-sama, Sayang."
"Nah, sekarang udah tahu kan bunga-bunga jenis apa, teknik menanam, cara merawatnya, seperti yang sudah saya jelaskan dan kita praktekkan." ujar pemilik kebun bunga tersebut, namanya Diana. Wanita berumur yang memiliki toko bunga sekaligus perkebunan bunga.
Rosa berdiri dari jongkoknya. "Iya, Tan. Rosa udah ngerti, makasih banyak buat ilmunya, Tan. Oh iya, makasih udah ngeluangin waktunya juga." memberikan senyuman cantiknya.
Diana ikut tersenyum,"Iya, aku sama Sandrina udah temenan akrab. Sekaligus kenalan sama calon mantunya." ucapan Diana membuat pipi gadis itu bersemu.
Ia hanya meringis mendapat kalimat tersebut. "Ayo cuci tangan dulu." ajak Diana.
Gaffian hanya melihat interaksi keduanya dari dekat. Selepas mereka mencuci tangan, Diana terlihat pergi masuk ke dalam sebuah rumah kecil gak jauh dari sana.
Mata cantik Rosa menatapnya sekilas. Begitu ia berbalik, Gaffian susah berada di belakangnya menyodorkan sebuah minuman yang sudah terbuka.
"Minum yang banyak." ucapnya, sembari tangannya bergerak menyampirkan juntaian rambut terkena keringat. Netra hazel itu menatap wajah tampan kekasihnya yang akan resmi menjadi tunangannya besok malam.
"Kamu mau pulang sekarang atau nanti?" tanya Gaffian menerima botol mineral dari kekasihnya.
"Kamu nggak ada kerjaan?" tanya Rosa, hari weekend ini siapa tahu Gaffian sibuk karena lamarannya nanti.
"Ada, tapi itu bisa belakangan. Mau pergi makan?" tanyanya lagi, menarik tangan putih itu berjalan ke depan pintu masuk kebun yang memiliki pagar melingkar.
"Mauuu, aku laper. Padahal baru jam 10."
"Biar makin berisi. Sehat lebih penting, Sayang."
"Iya,"
"Rosa, Gaffian!" seruan itu menghentikan langkah keduanya yang baru saja melewati pagar kebun.
Diana datang dengan sebucket bunga matahari. Senyum di bibir Rosa tersungging. Ia suka sekali bunga itu, walau ia juga menyukai bunga jenis lainnya.
"Kalian udah mau pulang? Ini buat kamu, Sandrina bilang kamu suka bunga matahari paling favorit!" jelasnya.
Rosa menerimanya dengan lapang dada. "Makasih banyak, Tante. Maaf repotin. Aku suka banget bunga ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Mantan
Roman pour Adolescents[ New Version ] Blurb : Seorang lelaki yang dingin, berubah semakin dingin dan semena mena hanya karena seorang gadis. Usahanya untuk kembali lagi bersama membutuhkan perjuangan yang begitu keras. Di saat kesempatan terasa tidak ada. Mulai: 10 Oktob...