Bab 38

1.4K 67 5
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca

Bolehkah ia merasa bersyukur atas hari ini. Bolehkah ia meminta untuk waktu kali ini lebih lama? Tak bisa untuk di bohongi, mata dan tatapannya berbinar.

Tik tik

Rintik-rintik hujan kian meningkat seiring dengan angin yang bertiup kencang. Rosa sontak melangkah mundur secara reflek. Sampai punggungnya menabrak sesuatu cukup keras.

Ia sontak membalikkan badannya, mendapati Gaffian berdiri didepannya. Ia juga belum menyadari kalau tangan lelaki itu berada di bahunya.

"Kita tunggu hujannya reda, ya?" usulnya.

Rosa kembali melirik hujan yang deras. "Lama,"

"Hujannya deras, Sa. Nanti kamu sakit, nggak ada payung disini." mereka sedang berada di sebuah kedai ice cream. Awalnya ketika di perjalanan mengantar gadis itu, Gaffian kepikiran untuk menawarkan ice cream begitu Rosa menyetujui ia pun segera melipir.

Begitu hendak kembali ke mobil yang berada di sebrang jalan. Tanpa sadar raut wajah gadis itu cemberut. "Aku udah bilang, biar aku aja yang beli kamu di dalam mobil."

"Kan kita nggak tau kalau bakal hujan, lagian kalau gue nggak ikut sama lo keadaan hujan gini gue di mobil sendirian."

Gaffian melepaskan jaketnya tanpa seijin Rosa ia menyampirkannya. "Dingin," singkatnya.

Beberapa saat setelah kejadian itu. Hujan belum juga reda, beberapa pembeli memilih tinggal dan duduk di kursi yang tersedia dari pada menerobos hujan.

"Duduk, Sa." ucap Gaffian. Rosa mendongak menatap si empu.

"Duduk, dimana? Semuanya penuh." Gaffian beranjak berjalan ke arah orang orang yang duduk di kursi sebelah kedai nb yang sengaja di berikan fasilitas agar pembeli yang ingin menikmati di sini bisa lebih nyaman.

"Mas bisa berdiri? Kursinya buat cewek gue." ucap Gaffian sembari menyodorkan dua lembar berwarna merah.

Seketika itu Mas pembeli yang hendak memprotes pun tersenyum dan mengangguk. "Oke."

Sebenarnya bisa saja Gaffian mengusir, tetapi mengingat keadaanya tidak baik untuk bertengkar ia pun memilih jalan tengah.

Gaffian kembali pada Rosa dan menariknya untuk duduk disana. Mau tak mau Rosa pun menurut. Kakinya pegal dan ia tidak mau gengsi untuk hal ini. Ia sedikit melirik Gaffian yang anteng berdiri disisi tubuhnya.

"Aaaa... Cair." ucapnya imut melihat es krimnya meleleh. Membuat jemari tangannya kotor.

"Buang aja, Sa." saran Gaffian melihat lelehan es krim itu mengotori jemari dari gadis itu.

"Mubadzir kan tangan gue cuma kotor." ucapnya.

"Ya udah cuci tangan pakai air hujan aja, nggak ada tisu." ajak Gaffian. Ia membantu membersihkan tangan kotor Rosa dengan guyuran air hujan.

Satu tangan Rosa memegang ice cream corn.

Duarr

Suara guntur mengejutkan Rosa yang menjerit. Ia merapatkan tubuhnya pada Gaffian tanpa disadari. Menyembunyikan wajahnya di balik dada bidang lelaki itu.

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang