Bab. 25

2.5K 116 7
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca

"Gue mau ngomong." gadis yang tengah berdiri di pembatas teras koridor pun menoleh terkejut.

Merasa heran, apa yang akan laki laki itu bicarakan padanya. Sedangkan ia tahu, ia tak punya kepentingan apapun pada lelaki itu. Sama sekali.

"Ngomong, aja." ucap Rosa kembali menatap depan. Bisa ia lihat lapangan yang mulai ramai dijadikan permaiann basket sebagian siswa siswa yang memanfaatkan istirahatnya.

"Sorry, gue ikut campur. Tapi lo gak bisa lihat perjuangan sahabat gue? Semudah itu lo move on?!"

Rosa mengernyit dahi mendengar perkataan lelaki disampingnya. "Lo ngomong apa sih?"

"Gaffian cinta mati sama lo! Gue cuma mau bilang, jangan sia-sia in cowok yang secinta itu sama lo."

"Buka mata sama hati lo, liat semua perlakuan baik dia. Semua punya kekurangan, dan kekurangan sahabat gue ya dia posesif." imbuhnya. Menelan ludah pelan. Ia mengitari pandangannya dengan ekor mata.

"Perasaan nggak bisa gue paksa, Rey!"

"Lo bohongin perasaan lo sendiri. 6 bulan itu bukan waktu singkat. Saran gue kalau bisa lo nerima kekurangan dia,"

Rosa melengos mata, ia menumpukan tubuhnya pada pembatas itu. "Enak banget ngomongnya."

"Sa, lo cuma lagi di fase gak tau sama perasaan lo." ujar Reyhan, lelaki itu menatap Rosa dengan raut meyakinkan.

Gadis itu mengambil nafas lalu membuangnya,"Reyhan... Ini perasaan gue, lo nggak tau."

"Terserah, gue cuma kasih tau." Selepasnya lelaki itu pergi, sedetik itu juga seseorang datang. Membawa sekantong plastik.

Sampai tak lama seseorang datang menepuk pundaknya. Menyebabkan gadis bergingsul tersebut merasa terkejut.

"Sa?"

"Ngapain sahabat mantan lo sama lo?" tanya Farel, siswa pindahan. CBR adalah kendaraan bestnya.

"Kepoooo," ketus Rosa. Ia mengambil sebuah teh pucuk yang lelaki itu sodorkan padanya.

"Sialan!"

"Mulut lo!" Rosa menatap tajam laki laki itu.

"Ya gue nanya jawaban lo ngeselin!"
Rosa tak mengindahkan. Gadis berambut sebahu itu meminum teh pucuknya.

Seketika dia menoleh horror pada Fero. "Tau dari mana gue suka teh pucuk?"

"Apa sih nggak gue tau? Hem?"

Rosa mencibirnya. Ia tak mau memperdulikan. Otaknya masih memikirkan apa yang baru saja laki laki tadi ucapkan.

Sampai ketika melihat kebawah. Matanya bertemu tatap dengan laki laki yang mengenakan seragam berantakan. Tengah berdiri dengan gentle di pinggir lapangan.

Rosa memutuskan tatapannya. Memilih meninggalkan koridor itu dan masuk ke dalam kelasnya.

"Sa! Kebiasaan deh!" pekik Farel menatap kepergian gadis itu.

***

Sejak keluar dari toilet Bibed tidak henti hentinya menggerutu. Sesekali lelaki dengan seragam kucel itu hampir muntah sebab teringat tempat umum itu.

Ciko tak henti hentinya pun menepuk punggung lelaki itu agar berhenti berlagak ingin muntah. "Stop, lo tuh ngoceh mulu!"

Bibed menoleh pada Ciko. "Ya gimana, lo pikir! Toilet itu bay banget anjir! Berasa gak pernah di bersihin!"

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang