Bab 24

2.6K 168 3
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi wabarokatuh

Selamat Membaca


"Aaarkh! Tega teganya dia!"

"Apa? Apaan? Dia sesukanya sama hati gue! Perasaan gue nggak main main!" suara dalam itu meracau tak jelas. Diiringi dentuman musik begitu bising.

"Bangsat!"

"Heee, sadar diri dia nggak lagi butuh lo!"

"Dia nggak kangen kaya lo lagi ngangenin dia sekarang!"

"Bangsat!"

Ciko yang duduk di sebelah sahabatnya yang sedang mabuk ini menggeleng. Ia meletakan secangkir wine diatas meja. Mereka menggunakan ruangan VIP.

"Harus apa nih?" tanya Riko yang masih sadar. Dia tidak meminum sebanyak Gaffian. Entahlah mungkin sahabatnya ini sedang ada masalah. Karena sebelum itu tak biasanya Gaffian pergi ke club. Setelah berpacaran dengan Rosa, gadis yang ia cintai. Sangat.

Ia tidak menampakkan diri diclub seperti sebelum mengenal Rosa. Lelaki itu juga tidak minum, merokok, ataupun sebandel biasanya.

Karena Gaffian lebih menurut apa yang dikatakan Rosa. Lelaki tampan nan cuek pada sekitarnya. Berlaku seenaknya kini menjadi lelaki yang sangat manja tanpa orang tahu.

Hampir setengah tahun mereka berpacaran. Gaffian merasa Rosa gadis yang harus ia jaga. Rosa itu pengertian, penyayang, lembut, dan itu sangat sangat menambah cinta Gaffian untuk gadisnya.

Gaffian merasa beruntung bertemu dan memilikinya. Tapi lelaki penurut itu berubah menjadi garang saat merasa apa yang tidak seharusnya gadis itu lakukan. Contohnya, jalan sama cowok lain, siapapun itu tanpa memberitahunya. Lama bales chat, ngobrol sama cowok lain. Pakai pakaian terbuka, dan dance. Gaffian tak suka Rosa memperlihatkan tubuhnya yang sangat indah ketika menari.

"Telfon ceweknya!" ujar Bibed. Lelaki itu meletakan rokoknya begitu saja dimeja.

Mata lelaki tampan itu terpejam. Masih meracau tak jelas. Ia meminum kembali wine dengan botol di tangannya.

Sudah beberapa kali Reyhan menarik botol itu tapi tangannya ditepis kasar. Bahkan Ciko tadi menarik keras Gaffian saat lelaki itu mengira laki laki yang sempat pergi dengan Rosa.

Ia bahkan sudah memukulnya.

Reyhan kini juga duduk si sofa single memegang perutnya. Pukul Gaffian tidak main main. Perutnya begitu nyeri.

Akhirnya Ciko meraba mencari letak ponsel laki laki itu.

TAK

"BANGSAT!"

"Jangan sentuh gue, cuma Rosa yang boleh!" Ciko menarik tangannya mengusap usap.

"Sakit, gila!" umpat Ciko menatap sahabatnya itu.

"Mata lo, Cik! Nggak liat HP Gaffian ada di meja tuh!" sahut Bibed setelah menertawakan temannya itu.

Ciko mengambilnya cepat, mendengus.

MY LOVE

"BUSET!" ucap Ciko melihat nama kontak Rosa paling atas di paku. Dengan tulisan kapital bold.

Ciko memperlihatkan pada sahabat sahabatnya. "Bucin!" ucapnya.

Panggilan pertama tak dijawab.

"Nggak di angka, nih."

Reyhan menatap jam dipergelangan tangannya,"udah jam 10 malam. Udah tidur kali?"

"Ya terus ini gimana?"

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang