PROLOG

25.7K 788 27
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarokatuh

Selamat Membaca

"Apasih? Mending sekarang kamu pulang, besok kan pertandingan basket kamu!" titahnya pada seorang lelaki remaja berusia delapan belas tahun itu.

"Aku nggak mau, pokoknya kita harus selesain masalah ini dulu, ini nggak bisa aku terima!" ucapnya tegas menahan marah.

"Lepasin nggak tangan aku?" pintanya menatap laki laki di depannya.

Laki laki itu menggeleng. "Enggak akan."

"Terus kamu maunya apa? Aku yakin kamu pasti dapat yang lebih baik dari aku. " ucapnya lembut menasehati.

Lelaki itu menahan tangisnya. "Nggak ada yang lebih baik dari kamu. Kamu yang paling ngerti aku--" tutur laki laki itu dengan tegas.

"Tapi kamu yang nggak ngerti aku!" gadis berusia 16 tahun itu menunjuk lelaki di depannya dengan telunjuk di dada.

"Nggak ngerti apa? " tanyanya frustasi.

"Kamu terlalu possesive, ngelarang aku ini itu, aku selalu ngertiin kamu tapi kamu selalu larang, aku tau maksud kamu baik dan berdampak baik buat aku tapi itu juga keinginan aku. Aku udah ijin sama Mami Papi mereka ngijinin, meski di awal marah.  Harusnya kamu ngertiin juga dong." ucapnya dengan nada kesal tanpa berteriak tidak itu yang membuat seorang Gaffian Altero begitu cinta, apalagi gadis itu penyayang. 

"Aku nggak mau mereka lihat tubuh kamu." sentaknya. Tapi dirinya suka lepas kontrol dalam berteriak dan membentak kala emosi.

"Tubuh apa sih orang masih pakai baju lengkap kok." ucapnya tak terima.

"Intinya aku gak mau putus, titik." tekannya tegas.

"Tapi aku maunya tetep putus, maaf. " ucapnya pelan sebisa mungkin.

"Kenapa putus? Aku nggak mau, masih ada cara lain, break aja ya?"
ucapnya lagi tak terima mencoba untuk memeluk sang kekasih berambut panjang lurus.

Gadis itu menghindar. "Aku nggak mau break, ini yang paling terbaik buat kita." jelas sang gadis bergingsul dengan pipi chubbynya.

"Itu karena aku cinta, dan sayang sama kamu, aku jadi posesif." tegasnya.

"Keluarga kita udah sama sama kenal, kamu mau kita putus gitu aja? Kamu ada laki laki lain? Siapa? Aku bunuh dia!" ucapnya keras mengguncang tubuh sang gadis.

Gadis itu tampak kesakitan. "Apasih nggak ada ya aku kaya gitu, kamu pyscho kalo bunuh orang." tekannya.

"Nggak apa, asal kamu tetap sama aku. " ucapnya santai malah membuat meremang seketika di taman ini.

"Maaf, aku nggak bisa. Hubungan lama belum tentu kita bareng. Keluarga mengenal belum tentu membuat kita tetap bareng. Jaga diri kamu, makasih buat semuanya." ucapnya pelan menatap mata lelaki yang menahan tangisnya ia melihat itu. Tapi ini keinginannya.

Sudah berulang kali bertengkar meski laki laki itu selalu membawakan bunga, coklat, boneka kesukaannya dan selalu buat ia tak lagi marah, tetap hati capek.

Gaffian membeku di tempat seakan dunianya kosong. Hingga genggaman tangannya yang memegang bahu sang kekasih terlepas. Ia tak sadar.

Untuk Pertama kalinya Gaffian menangis karena seorang gadis yang begitu ia cintai. Ia menjambak rambutnya berteriak memanggilnya nama sang gadisnya.

"Gue gak bakal lepasin lo, lo itu milik gue. Gaffian akan jadi apa aja supaya Rosa tetep milik Gaffian."ucapnya lirih berdesis.


Puk

"Woy lo ngapain? Bengong mulu sih." tiba tiba ada yang menepuk bahu Gaffian. Gaffian berada di club malam dengan sahabatnya semenjak putus ia malah sering menghabiskan ke sebuah club. Hanya minum tidak akan bermain atau di sentuh wanita lain kecuali sang mantan. Tapi ia tak pernah menganggapnya mantan.

Kecuali saat ia mencari perhatian sang mantan. "Apa salah gue possesive?" tanya Gaffian pelan efek alkohol.

"Huft! Ini pasti gara gara si Rosa mantan lo itu." ucap sahabat Gaffian dan di balas tajam lelaki itu.

"Bukan mantan."  sentaknya menatap marah sahabatnya.

"Astaghfirullah baru ngomong udah kena marah aja." batin sahabatnya. Namanya Ciko.

"Tapi kan udah putus apa, kalo bukan mantan terus apa?" sahut lainnya, yaitu Bibed.

"Dia yang bilang, gue nggak setuju, gue nggak iyain, berarti nggak putus!" ucapnya lagi tak mau di bantah.

"Ya tetep aja putus lah, meski sepihak
" ucap Riko lelaki bertubuh sixpack, pemain basket.

Gaffian berdiri menarik kerah Riko. "Lo budeg apa gimana? Ha!"  ucapnya tegas menyiratkan marah.

Yang lainnya menarik tubuh Gaffian untuk melerainya. " Udah iya iya lo nggak putus masih pacar iya pacar." tenang yang lainnya, Reyhan.

Tiba tiba Gaffian membanting gelas berisi alkoholnya dengan kadar sedang ia tak mau susah saat menyetir mobilnya. Ia harus bisa sampai rumah dan menyusun rencana.

"Astaghfirullah temen gue, kesambet apaan dah?" ucap Bibed menggeleng.

"Sakit njir, ketarik leher gue! Dasar Gaffian jelek." ucap Riko kesal.

"Hahahaha. " Mereka kompak menertawakan Riko.

"Makanya jangan bilang mantan di depannya, kena bogem. Kita biarin lo!" canda Bibed.

"Sahabat macam apa itu?! " ucap Riko kesal.

"Emang kita sahabat lo? Kagak lah." ucap mereka serempak tambah membuat Riko kesal. Selalu di giniin.

"Gue nggak bisa di giniin." ucapnya mendrama membuat ke tiganya muak.

"Whleeee." ucap ketiganya seolah ingin memuntahkan sesuatu.

Di balas cengengesan Ciko.
"Kejar Gaffian. Keburu jauh." ajak Reyhan.

Gaffian Altero :

-lelaki berusia 18 tahun kelas 12 IPS .
- kapten basket
- pemarah
- badboy 

Athifa Rosa Ghani :

- gadis berusia 16 tahun
- cantik, ramah, penyayang
- sekretaris OSIS
- pemain dance di sekolah

Info:

Aku mau revisi cerita ini guys, mungkin ada part yang beda nantinya. Karena menurutku terlalu menyenye menye terus ceweknya kelihatan strong banget susah di ajak balikan.

Sabar ya, yang nungguin cerita ini.

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang