Bab 46

1.3K 49 4
                                    

Sebab kau terlalu indah dari sekedar kata
Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu

Dan apabila tak bersamamu
Kupastikan ku jalani dunia
Tak seindah kemarin

Sederhana tertawamu sudah cukup lengkapi sempurnanya hidup bersamamu

Suara nyanyian di cafe tersebut begitu pas untuk menggambarkan keadaan hati Gaffian. Tidak bisa tanpa Rosa.

Entah gadis itu menyadari atau tidak akan lagu yang di bawakan penyanyi di cafe tersebut. Gaffian mengajak gadisnya ke cafe untuk mengisi perutnya lebih dulu.

"Sa," panggilnya, ketika gadis itu sibuk dengan ponselnya.

"Sebentar, aku lagi bales chat di grup OSIS."

Gaffian tidak diam saja, lelaki tampan itu meraih tangan Rosa kemudian menggenggamnya. Gadis itu terlihat biasa aja dan tidak menolak.

"Bukan Albar kan?" perjelas Gaffian atas kecemburuannya.

"Gaffi.." Peringat Rosa, berucap rendah.

"Kapan selesai jabatan OSIS?" tanya Gaffian menatap gadis itu.

"Sebentar lagi, tinggal ngitung hari."

"Ayo pergi!" tanpa kata Gaffian menarik lengan gadis itu lalu menariknya ke keluar dari cafe langganan mereka.

***

Langkahnya berganti memelan,"Gaffi, kita dimana?" tempat ini baru pertama kali Ia lihat sebelumnya. sebuah danau kecil yang sengaja Gaffian suruh orang untuk membuatkannya.

Netra tajam itu menatap seorang gadis dengan tatapan lembut. "Ini tanah Papa, aku ijin untuk buat danau kecil disini."

"Tau alasannya?" tanya Gaffian, gadis berambut sebahu itu menggeleng pertanda tidak mengetahui.

Gaffian menarik lengan Rosa, lantas berubah menjadi tautan. "Just only my girl, just for her." ujarnya mantap.

Pergerakan Rosa seolah kaku. Pernyataan dari Gaffian membuatnya terkejut. "Sa,"

Gadis itu menoleh pelan, bergerak satu langkah lebih dekat dengan lelaki itu. "Hm?"

"Minggu kedua pertama kita jadian, aku sudah berencana, satu bulan pertama nanti aku mau nunjukin tempat ini sebagai tempat kamu merasa nyaman."

Gaffian mengingat kembali masa itu,"Kamu pernah bilang, Gaffi-- ada nggak ya, tempat ternyaman untuk menghibur diri? Aku jawab, ada, dan kamu akan dapatin itu."

"Lalu kamu buat ini untuk aku?" potong Rosa cepat menatap lamat mata lelaki itu yang tampak bergetar. Dapat ia lihat jika Gaffian tersenyum.

"Tapi sayang, bulan pertama yang harusnya kita kesini, cuma berakhir pertengkaran kecil jadi besar. Selama itu komunikasi mulai sulit, aku yang ngerasa kamu capek ngadepin sikap aku yang overprotektif, dari itu aku mulai cari cara gimana biar kamu nggak bisa ninggalin aku,"

Gaffian mengambil satu langkah lagi,"Aku semakin ngekang kamu,"

"Sampai akhirnya kamu muak, dan kamu mutusin hubungan ini. Aku nggak terima keputusan itu--bahkan sampai sekarang."

"Kita memang ditakdirkan untuk bersama, Sa." Rosa membuang pandangannya ke sekeliling danau. Terdapat lampu-lampu tumbler kecil di sekitar ranting yang jika dinyalakan akan terlihat indah.

Danau itu ternyata ada ikan didalamnya.

Merasakan tautan tangan terlepas, Rosa menoleh ke kiri. Melihat kekasihnya yang mengambil makanan ikan menggantung diantara ranting pohon.

"Mau kasih makan?" tawar Gaffian menyodorkan satu bungkus makanan ikan. Dengan senang hati Rosa menerimanya.

"Ikannya udah agak besar ya," sembari memberikan makanan menaburkan di atas air. Berbagai macam ikan menyembulkan kepalanya.

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang