Bab 3

10.9K 443 12
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarokatuh

Selamat Membaca

"Dua kali Papa di panggil guru BK Gaffian." ucap lelaki paruh baya tegas menatap anaknya yang duduk santai menyender ke punggung sofa.

"Ya terus?" tanya Gaffian malas.

"Kenapa nggak diskors sekalian." cibir Aron, membuat Gaffian mendengus.

Kalo dirinya diskors bagaimana Rosa? Ia akan ketinggalan banyak moment jika harus diskors.

"Apaan!" sindir Gaffian dengan nada keras dan tatapan tajam.

Aron santai, ia malah membuka koran di depannya.

"Males Papa dateng besok," ucap Aron tanpa menatap putranya.

"Terserah." ucap Gaffian santai.

"Yaudah." ucap Aron.

"Yaudah." sahut Gaffian malas.

Tak lama wanita paruh baya cantik datang dengan biskuit buatan dan minuman jus jeruk. "Kalian kenapa?" tanya Sandrina pada kedua lelaki di depannya yang asik sendiri.

"Nope, sayang." ucap Aron membuat Gaffian jengah. 

"Kamu di panggil lagi sayang?" tanya Sandrina pada putranya yang sibuk dengan laptop di pangkuannya.

"Iya." sahutnya.

"Yaudah, biar Bunda yang ke sana." ucap Sandrina sambil menuangkan jus jeruk di gelas ketiganya.

Sontak Aron menatap istrinya tajam. "Nggak ada!" ketusnya mana mau dia membiarkan istrinya pergi tanpa dirinya.

Gaffian mendengus. Lelaki itu memijat kepalanya. Pusing itu terus menghinggap. Bukan di sebabkan karena kurangnya darah. Tapi, sesuatu yang selalu menganggu dan membuatnya tak terima.

"Kan katanya Papa nggak mau, yaudah biar Bunda aja." ucap Sandrina bermaksud memberi jalan keluar.

"Aku mau, besok biar aku yang datang, kamu di rumah aja." ucapnya kepada istrinya.

***

"Kamu mau kemana?" tanya Sandrina lembut menatap anaknya yang berjalan di jam segini memakai kaos hitam dan celana panjang jeans.

"Mau ketemu my Queen." ucapnya jelas sangat bahagia.

Kedua orang tuanya mengernyit.
"Bukannya putus?" tanya Mamanya lagi dan seketika ekspresi Gaffian berganti datar.

Sandrina lantas melotot teringat hal yang seharusnya tidak ia ucapkan. Karna itu menyinggung perasaan putranya.

"Maaf sayang, Bunda nggak sengaja " ucapnya meminta maaf karna ia kelepasan.

"Nggak papa, assalamualaikum." pamitnya dengan datar lalu berjalan keluar rumah dengan motor sportnya yang sudah terparkir di garansi.

Sandrina menghela nafas dan duduk kembali. "Jangan di pikirkan, dia memang sensitif jika menyinggung status." ucap Aron mengelus punggung istrinya dan memeluknya.

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang