Bab. 27

2.5K 133 6
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca

Berada di ambang pintu, kakinya ragu untuk masuk ke dalam. Seorang pria paruh baya nampaknya tengah berbincang kecil pada laki laki yang terduduk dikasur.

Apa yang mereka bicarakan pun ia tak mau mendengarnya. Rosa memilih opsi untuk kembali, ia akan mengantarnya nanti setelah Aron keluar.

"Eh, kenapa?" suara Sandrina mengejutkan akitifitas Rosa. Gadis itu memekik kecil.

Sandrina mengintip dari balik tubuh gadis itu,"Kamu nggak enak ada Om disana?"

Sontak Rosa bingung antara mengiyakan atau tidak. Ragu iya, nggak enak juga iya. Tapi lebih tepatnya sih malu. Entah kenapa, gadis itu serasa belum terbiasa kembali setelah sekian lama tidak berkunjung.

"Udah masuk aja, yuk. Sama Tante. Ini udah jam nya Gaffi makan siang terus minun obat." Sandrina merangkul bahu gadis yang membawa nampan berisi minuman dan makanan.

Mau tak mau Rosa pun mengikutinya.

"Gimana Gaff, masih pusing kepalanya?" tanya Sandrina menyentuh kening putranya.

Lelaki itu menggeleng, ia menatap Rosa tak jauh dari jangkauannya. Gadis itu berdiri kaku ditempat.

Tatapan Gaffian beralih pada Papanya. Seakan meminta hal yang tak perlu di jelaskan pun paham. Aron berdiri dari duduknya lantas menarik tangan istrinya untuk keluar dari kamar tersebut.

Rosa terbeo di kamar itu,"loh.. Tan?" serunya.

"Kok ada susu?" perkataan Gaffian menyadarkan gadis bergingsul itu. Ia berkedip beberapa kali sebelum kembali mencerna ucapan laki laki itu.

"Habis minum kalau lupa!" mulai kan mode galaknya.

"Tapikan nggak suka susu!" serunya berkilah manja.

Rosa meletakan nampan itu di samping nakas. "Bodoamat, anggap aja punishment buat diri sendiri."

Gaffian merebahkan tubuhnya begitu saja. Jujur tubuhnya rasanya pegel pegel, nyeri. Untungnya pusing udah reda.

"Demamnya udah turun." ucap Rosa.

"AC-nya dimatiin dong, kan lagi sakit! Mau tambah sakit?!" tunjuk Rosa pada laki laki itu. Ia beranjak mengambil remote AC dan mematikannya.

Gaffian tak mampu menahan senyumnya. Ia sangat senang hari ini.

"Kenapa senyum? Aneh!" tukas Rosa.

"Aku nggak senyum, kepala ku tiba tiba nyeri." ujarnya bohong. Melihat lelaki itu memijat kepalanya sendiri, rasa kasihan datang dihati gadis itu.

Tangan kecilnya beranjak ragu menyentuh kepala itu. Meski sedikit pelan, tapi dengan tidak tahu dirinya si empu menariknya.

"Nah, ini sakit." ucap Gaffian. Mulut Rosa kembali tertutup rapat saat akan melayangkan kata.

Ia memijitnya pelan pelan. "Udah mendingan belum?" tanyanya lembut.

"Hemm, udah."

"Sekarang makan, susunya diminun dulu biar bersihin didalamnya." titah Rosa menyerahkan segelas susu putih.

Gaffian terlihat menelan ludahnya pelan. Mau tak mau ia harus meminum susu itu.

"Terus makan, nih."

Tiba tiba Gaffian terdiam. Hal itu mengundang tanya si gadis berambut sebahu. "Kenapa?"

"Masih lemes," ujarnya pelan.

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang