Bab. 29

1.9K 102 10
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca


Permisi, votenya boleh 50? Yukkk bisa yukkk...

Dua bulan berlalu..

"Huuffft!"

Seorang gadis menolehkan pandangannya pada suara itu. Ia berkedip satu kali lantas kembali menatap depan yang tak ada apapun. Hanya sebuah taman saja.

"Pulang Gaff," kata gadis itu setelah hening terjadi cukup lama. Ia tak tahu jika keberadaannya disini diketahui seseorang disebelahnya.

Sontak laki-laki yang dipanggil tadi menoleh, lantas menarik senyumnya. "Enggak, mau." tolaknya pelan.

"Kenapa?" tanya gadis berambut sebahu itu. Jangan lupakan Gigi gingsulnya.

"Enggak, aku mau sama kamu." ujar Gaffian lembut.

Gadis itu menatap Gaffian penuh. "Gue tahu, lo capek. Udah, berhenti perjuangin gue."

Hening

Gadis itu kembali menarik nafas dan membuangnya perlahan. Ia berkedip pelan,"Banyak cewek diluar sana yang bahkan mau jadi pacar lo."

"Sayangnya aku nggak," ucap Gaffian datar. Bisa dikatakan kalau laki-laki itu tersinggung dengan ucapan gadis itu.

Kenapa gadisnya tak pernah mengerti. Dia hanya mau gadis itu, hanya. Apa selama ini dia tak mengerti atau pura-pura tak mengerti. Sungguh, Gaffian ingin meluapkan semuanya.

Ia memilih mencoba tenang. Meski hatinya sangat sakit, dan ia takut gadis ini benar benar tidak menginginkannya lagi.

"Keras kepala!" cetus Rosa, ya gadis itulah. Tangannya terangkat menyentuh kepala itu.

Tatapan mereka bertemu. Gaffian tak mampu menahan debaran di dadanya. Apalagi pipinya ia rasa seperti kepiting rebus. Kenapa setiap Rosa menyentuhnya ia nyaman? Ia juga bisa dengan mudah marah dan salting dengan gadis ini.

Lihat, padahal Rosa menatapnya tanpa senyum. Tapi dirinya begitu berdebar.

"Ada daun jatuh," ucapnya lantas membuang daun itu didepan Gaffian.

Shittt

Gaffian langsung membuang mukanya. Dirinya begitu malu, kenapa pikirannya ini malah berpikir kalau Rosa benar-benar ingin bersikap romantis dengannya.

"Gue mau pulang, kalau lo mau disini yaudah."

"Tunggu," tangannya menarik lengan Rosa untuk duduk kembali. Gadis itu tersenyum,"lo takut?"

Gaffian mengernyit tak paham, takut?" Takut apa?"

"Takut di taman, kan sepi." ujarnya.

Gaffian mendengus geli,"Mana mungkin. Justru kamu yang takut!"

"Enggak, ya!" elaknya.

"Terus yang suka parno ditempat sepi, gelap siapa?" jelas Gaffian menaikkan satu alisnya.

Rosa hendak protest tapi sadar jika apa yang Gaffian katakan adalah benar. Lantas raut Rosa berubah cemberut.

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang