Bab 11

4.3K 224 9
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarokatuh

Selamat Membaca

"Gaffian!! "teriakan itu membuat kelima remaja lelaki yang bersantai pun terkejut, mendapati remaja perempuan dengan wajah penuh emosi.

Lelaki yang merasa terpanggil pun berdiri, mendekati gadis itu. Ia tak percaya gadis yang selalu seperti kaset diotaknya datang, disini rofftop.

"Kam--- "

Plakkk

Semua mata terkejut dengan yang mereka lihat. Gaffian ditampar?? Haaa, rasanya sangat sulit dipercaya.

Gaffian sampai menoleh kesamping, ia diam. Mencoba berpikir dengan tenang dan tahan emosi didepan nya ini adalah gadis yang dirinya cintai bukan musuh.

Lelaki itu menghela nafasnya mengontrol emosinya. Ia menatap gadis itu dengan tatapan tanya.

"A--"

"Lu jahat! Gua semakin muak liat muka lu!" ucap gadis didepannya melalui nada datar dan cukup keras.

Mata gadis itu sangat tajam menatap Gaffian. Tapi Mata itu seperti akan menangis.

"Tenang dulu, maksud kamu apa? "

Gadis itu menatap remeh lalu mendorong Gaffian kencang hingga lelaki itu jatuh.

"Boos." sahut mereka. Hendak membantu tapi lelaki itu menyuruhnya untuk diam.

Seakan tahu masalah ini privasi mereka, keempat lelaki itu pergi meninggalkan mereka agar bebas bergerak.

Nafas gadis itu memburu ia menatap Gaffian yang masih setia duduk di lantai.

"Gua minta lu jauhin gua!"

Seketika lelaki itu mendongak kepala menatap tanya gadis didepannya. "Kenapa?" tanyanya datar.

Gadis itu berbalik, meninggalkan rofftop tapi sebelum itu Gaffian lebih cepat bangun lalu menarik gadis itu ke mendekat.

Sepasang sorot tanya saling beradu, tangan Gaffian mengeratkan cekalan dari gadis didepannya.

"Kenapa? Aku harus jauhin kamu? Salah aku apa?"

"Kamu kan yang nyuruh Papa kamu buat hancurin Perusahaan Papa aku?! Jawab!" teriak gadis itu.

Gaffian masih bingung dengan semuanya. Ia bahkan tidak pernah menyuruh Papanya untuk membuat hal seburuk itu.

Jauh diluar dugaanya.

Gadis didepan Gaffian tertawa kecil, meremehkan. "Bener kan apa yang gua bilang? Lu jahat, gua muak sama lu." ucap gadis itu. Air matanya ikut menetes.

Tangan Gaffian hendak mengusapnya tapi lebih cepat Rosa menepisnya.

"Bukan aku yang nyuruh Papa buat hancurin Perusahaan Papi kamu. Percaya, aku ngga pernah ada niat seperti kamu omongin!" tegas Gaffian menatap gadis yang menangis sesenggukan dengan mata memerah.

"Gua ngga percaya Gaffian!" ucap Rosa nadanya ditekan.

"Terserah, dan aku akan urus masalah ini. Kamu berhenti nangis," ucap lelaki yang kini sudah mengusap air mata itu. Dengan beraninya mencium pipi Rosa.

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang