Bab 48

1.3K 54 6
                                    


"Kita putus!"

Mata mereka bersinggungan. Rosa benar-benar bisa melihat kehancuran dan rasa kecewa itu. Segera ia memalingkan wajahnya ke danau.

Beberapa saat, Gaffian belum bersuara. Lelaki itu betah memandangi Rosa yang memilih membuang muka.

"Salah apa lagi, sekarang? Aku salah lagi, ya?" tanyanya, suara bariton itu bergetar.

"Sa... Aku salah lagi, ya? Coba ngomong baik-baik, bagian mana?" pinta mencoba mendekat pada gadis itu. Perlahan-lahan tangan itu menarik lengan mungil gadisnya.

"Bahkan bulan belum ganti, tapi kamu balik lagi hancurin perasaan aku. Sebenarnya aku salah dimana? Kenapa kamu terus nyakitin aku?!" Cecar Gaffian dada lelaki itu naik turun. Emosi dan rasa sedihnya memuncak. Tahukah kalian, lelaki itu sedang menangis tanpa suara.

Rosa belum juga berbicara. Gadis itu terdiam dan menunduk. Tanpa banyak kata dan merasa akan semakin sulit, Ia bergegas berdiri dan pergi.

Tapi sayangnya Gaffian lebih cepat menarik lengan itu. Mereka kembali berhadapan.

"Sa!"

"Jelasin sama aku, kenapa kamu tiba-tiba bilang gini! Aku nggak mau! Aku nggak akan mau putus!" tegas Gaffian sedikit menaikkan nadanya. Lelaki itu masih bisa berpikir agar tidak membentaknya.

Rosa memejamkan matanya erat. "Gaffi!"

Air mata itu jatuh mengenai pipinya. Air kaya Gaffian mengenai pipi gadis itu. Mereka terdiam saling menatap.

"Kamu marah soal Fero?"

"Ini nggak ada kaitannya sama Fero. Nanti kamu bakal tau sendiri!"

Gaffian menggoyangkan bahu gadis itu,"Gimana aku tahu, kalau kamu nggak kasih tau aku. Kamu cinta nggak sih sama aku? Cinta nggak?" Tuntut Gaffian.

Rosa menghela nafas tak tahan lagi. Tangannya bergerak mengusap air mata itu.  Gaffian menahan kedua tangan Rosa yang sedang mengusap air matanya.

"Oke kita nggak putus. Break, kita break." ujar Rosa menatap mata hitam yang selalu menatap ogah tajam.

Lelaki itu menggeleng."Enggak, aku nggak mau. Aku mau kita tetep baik-baik aja,"

"Gaff, aku jauh lebih keras kepala. Sekarang pilihannya break, atau putus?"

"Hubungan kita ada di tangan kamu!" ucapnya lembut.

Gaffian menatap tak percaya. Sayangnya hanya gadis itu yang berhasil merebut hatinya. Semuanya tentang gadis itu.

***

Gaffian sudah menghabiskan 1 botol wine dengan kadar standar. Ia benar-benar meraung keras di ruang VIP yang sengaja di pesan.

Sehancur itu tanpa Rosa. Segila itu tanpa adanya gadis cantiknya. Kalian bisa menganggap Gaffian bodoh karena itu benar. Perjuangannya keras untuk mendapatkan mantan kekasihnya kembali.

Otaknya ingin meledak. Kini termenung dengan segala pikiran. Ditariknya satu botol baru lalu meneguknya.

"Aaaaa!"

"Lemah!"

"Lo lemah Gaffian!" Menjerit kuat. Lalu tangisnya hadir lagi.

Suara dering telfon tidak Gaffian hiraukan. Fokusnya sudah buyar. Mulai mabuk, apa yang tertangkap oleh matanya seolah itu wajah Rosa tersenyum padanya. Ia ikut tersenyum lebar dan terkekeh.

"Kenapa sih, Sayang kita putus?" ucapnya seperti bocah cemberut pada Mamanya.

"Kenapa! Alasannya apa!"

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang