Bab 50

2.6K 71 6
                                    

Setelah kejadian malam dimana pengangkatan dan pengenalan Gaffian Altero sebagai CEO untuk cabang anak perusahaan milik Aron masih di kota yang sama yaitu Bandung.

Setelah acara malam itu, kemesraan yang seolah tertahan selama ini kini terasa pecah. Gaffian tidak berhenti bersikap, bertindak, merespon manis pada Rosa.

Gaffian juga tidak peduli akan dirinya yang dianggap lebay atau berlebihan. Kebahagiaan yang ia rasakan sangat besar untuk di syukuri. Tiga hari lagi, Rosa akan resmi menjadi tunangannya. Apa yang di katakan Aron tidak main-main. Pria paruh baya itu langsung menghubungi orang tua Rosa setelah acara malam itu selesai.

Dan akhirnya setelah mencari hari yang tepat, pertunangan mereka berdua akan berlangsung 3 hari lagi. "Cukup!"

"Baksonya belum habis, Sayang." kata Gaffian dengan satu sendok mengudara. Tangan kanan Rosa seolah ikut memberi kode agar kekasihnya itu berhenti menyuapinya.

"Aku bisa makan, sendiri, Gaff. Kamu makan aja makanan, kamu." ucap Rosa, mencoba berbicara baik-baik agar lelaki itu tidak kembali otoriter. Merasakan ketidaknyamanan saat menikmati makanan sebab menjadi pusat perhatian itu sangat mengganggu.

"Tapi aku mau suapin kamu, Sayang. Aku bisa makan nanti setelah kamu selesai." jelas Gaffian mencoba menyodorkan sendok berisi kuah dan satu bakso kecil di sana. Kepala gadis manis itu menggeleng lalu menarik pelan,"enggak, Gaff."

Gaffian menghela nafas panjang, ekor matanya melirik kesudut kantin. Beberapa siswa siswi menatap dirinya dan Rosa. Ia sadar hal itu sejak memasuki kantin. Tetapi ia bersikap acuh. Namun hal itu berbeda bagi Rosa, gadis itu terganggu dan pasti canggung.

"Oke," meletakan sendok kembali ke tempatnya. "Cepetan makan, sebelum aku berubah pikiran." sambungnya tegas. Senyum tipis terlihat dari bibir ranum kekasihnya, hal itu memberi efek tidak baik bagi jantungnya. Rosa begitu berpengaruh untuk kesehatannya.

"Makasih," ucap Rosa memberikan apresiasi pada Gaffian karena lelaki itu menurut pada permintaanya.

Lelaki itu menjawab, namun yakinlah ia berusaha menetralkan pipi sedikit tirusnya itu agar tidak terlihat memalukan ketika semburat merah di wajahnya yang tampan kini muncul.

Mengenai acara pertunangan yang akan terlaksana tiga hari lagi itu, mendapat respon mengejutkan untuk Rosa. Satu, belum siap. Tetapi jika menjalin hubungan berstatus pacaran rasanya dia enggan alias sudah malas dengan hal demikian.

Gadis itu cukup bersyukur, di masa mudanya, lelaki yang semula berstatus mantannya kini memilih jalan lebih serius dalam menjalani hubungan kali ini. Cukup jarang, ditemui. Meskipun ia yakin hal ini ada.

Orang tuanya pun terlihat ikut merasa senang akan kabar ini. Walaupun semua keputusan besar ada di tangannya sendiri, tetapi kembali lagi, ia berusaha menata dan menatap ke depan. Ada laki-laki yang mencintainya dengan tulus, mencoba membaca dari sudut pandang lain bahwa lelaki itu benar-benar terbaik untuknya.

"Habis pulang sekolah nanti, aku mau ngajak kamu mampir." ujar Gaffian setelah terdiam menetralkan debaran jantungnya yang bertalu-talu. Mata tajam nan hitam itu memandang lekat gadis cantik di sebelahnya.

"Kemana?" tanyanya, menaikkan sebelah aslinya yang tidak begitu tebal.

"Rahasia."

***

"Meisya!" seruan itu menghentikan langkah kaki jenjang yang berlari. Seseorang yang memanggil tersebut lantas sedikit mempercepat jalannya mendekat.

Meisya, gadis cantik itu memutar tubuhnya ke belakang dengan totebag yang tersampir di sisi kanan bahunya. Mendapati siapa yang memanggilnya sedikit menimbulkan kernyitan muncul di sekitar dahinya.

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang