Bab 5

8.4K 356 10
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarokatuh

Selamat Membaca

Panas teriknya matahari di pagi menjelang siang ini membuat keringat keringat menetes. Lima lelaki tampan tampak menggerutu kesal.

"Telat 10 menit padahal, masih aja di hukum." gumam Bibed sambil menghalau wajahnya dari teriknya matahari.

"Eh telat 30 detik aja di suruh push up, apalagi kita 10 menit."sahut Reyhan.

"Nikmatilah, sebentar lagi bell "ucap Ciko tampak serius berdiri menatap langit.

Mereka sedang di hukum, jemur diri sendiri di lapangan selama bel istirahat. Mending sih timbang sambil hormat tambah pegel iya tangannya.

SREG

"Eh eh," pekik siswi yang tengah berjalan melewati geng badboy. Pasalnya si ketuanya menarik kerah seragam orang itu, jelas terpekik.

"Makanan sama susu kotak." titah seseorang datar. Seraya memberikan uang 50 rb pada orang itu sedang tangan lainnya masih memegang kerah siswi itu.

"Maaf, maaf nih gue lagi buru buru " ucap cewek itu di buat tegas.

"Gue bilang beli, yang gue omongin barusan!" tukas lelaki berwajah dingin bercampur keringat.

"Tap-- tapi gue buru buru!" ucap cewek yang di tarik kerahnya.

"Udah lo beliin aja." sahut Ciko.

"Iya!"seru lainnya kompak.

Setelah siswi itu pergi, Reyhan menatap sahabatnya yang kembali diam. "Apa nggak sia sia lo beliin makanan tiap hari buat cewek itu, Gaff?"

"Nggak ada yang sia sia. Selama gue masih sanggup." ucap Gaffian.


***

Jam istirahat di gunakan Rosa untuk merenung di sebuah taman yang membuatnya merasa lebih senang berdiam diri.

Ia membuka layar kaca iphonenya yang di genggam. Membuka file file kiriman dari sang ketua OSIS.

Klek

Sebuah suara seperti ranting yang patah terinjak membuat Rosa terkejut. Lantas menoleh ke belakang dan seorang siswi yang tak lain seangkatannya tengah menenteng sebuah plastik berukuran medium yang memuat aneka snack dan minuman.

"Hehe, sorry ngagetin! Habisnya gue cari nggak ada ternyata disini, dan malah nginjek ranting jadinya kaget." ucap siswi itu yang memakai Bandu sembari berjalan ke arahnya.

"Lo ngapain kesini?" tanya Rosa dengan dahi mengernyit sembari mematikan handphonenya.

"Oh, ini dari Gaffian!" ucapnya sambil menyerahkan kantong plastik berwarna hitam.

"Lain kali jangan mau!"ucap Rosa namun tak ayal ia menerima.

"Mana ada di sekolah yang berani sama mantan lo itu, kecuali si Albar." jelas siswi itu.

"Makasih ya, lo nggak di apa apain kan sama dia?"tanyanya.

"Ya nggak, cuma kalau ngomong datar banget gue sampai tangan gemeter."
ucap siswi itu gamblang.

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang