Bab 39

1.3K 82 3
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca

4

0 vote & 20 komen :)

Albar terlihat aneh di mata Rosa sekarang. Lelaki yang menyandang sebagai ketua OSIS sekaligus ketua Futsal terlihat lebih banyak diamnya ketika bersamanya.

Sekalem-kalemnya Albar lelaki itu masih menyisakan obrolan panjang seperti biasa.

Setelah melakukan rapat OSIS guna mengurus semua dokumen masa jabatan mereka selama hampir satu tahun ini. Iya, beberapa bulan lagi mereka akan selesai masa jabatan OSIS.

Dan mereka tengah sibuk mengurus semua bukti-bukti nyata kerja mereka sebagai OSIS. Data keuangan pun mereka tulis runtut terdapat nota-nota setiap pembelian yang mereka beli untuk kepentingan kegiatan.

Ketua OSIS dan sekretarisnya akan mempertanggung jawabkan di persidangan akhir nanti. Bertemu dengan wakasis, para anggota osis masa jabatan sekarang kelas 10-11 yang mengikuti organisasi OSIS.

"Bar?" panggil Rosa melihat Albar yang hendak menyampirkan tasnya dibahu lebar itu.

"Hm?" tanpa menoleh lelaki itu berdehem menyahutinya.

"Lo nggak papa?" pertanyaan gadis itu terdengar aneh dan tidak masuk akal. Tetapi hanya kalimat itu yang terlintas di otak cantiknya.

Albar menoleh tatapannya seperti biasa, tetapi Rosa merasa tatapan itu sangat dalam. "Kenapa, Sa?"

Tiba-tiba Rosa menggelengkan kepalanya pelan, pertanda tidak ada yang ingin ia katakan atau lebih tepatnya bingung.

Albar mendengus samar,"Ayo pulang, udah sore." ajaknya meraih tangan gadis itu.

Rosa mau tak mau pun ikut melangkahkan kakinya mengikut lelaki tinggi itu. Genggaman pada telapak tangannya terasa dingin. Albar menggenggamnya.

Perlahan Rosa menarik tangannya dari Albar, lelaki itu menyadarinya. Ia membiarkan tautan itu terlepas. Sekeras apapun ia menggenggamnya ujungnya pun akan sama kan?

"Lo pulang sama siapa?" tanya Albar setelah terjadi kecanggungan yang Rosa rasakan sendiri.

Gadis itu menoleh,"Sendiri."

"Lalu, dia?" tunjuknya melalui dagunya. Alis gadis itu menukik karena ucapan Albar yang tidak dipahami.

"Siapa?" tanyanya sendiri dan menggikuti arah yang lelaki sebelahnya itu tuju.

Rosa tidak mampu bersuara. Gadis berambut sebahu dengan gigi gingsul di kiri pun hanya bisa menatapnya dari kejauhan.

Iya, ia tahu yang di maksud Albar. Gaffian berdiri di parkiran sana dengan mobil hitamnya. Tatapan lelaki itu masih tajam seperti biasa.

Entah kenapa mendadak hari Rosa merasa takut jika terjadi sesuatu. Pasalnya mungkin Gaffian melihatnya berjalan bersama Albar, apalagi lelaki tinggi itu tadi menggenggam tangannya.

Sesampai di jarak terdekat, Albar melirik sekilas Gaffian yang juga menatapnya dengan tatapan tajam milik lelaki itu.

"Gue duluan, Sa." pamitnya pada Rosa dimana gadis itu mengangguk,"iya Bar. Hati-hati dijalan."

Sang Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang