1 || Prolog

544 11 24
                                    

Alooo semuanya 👋

Salam kenal buat yang belum kenal sama aku, kalian bisa panggil aku Endut, atau Ucul ya.

Cerita ini pernah aku publish di Novelme, tapi versi wattpad kali ini bakalan jauh lebih bagus pasti dari sebelumnya. So, buat kalian yang udah pernah baca ceritaku di aplikasi NovelMe, wajib baca juga versi wattpad yang bakalan beda jauh.

Kalian tau cerita ini dari mana?
Tiktok?
Instagram?
Facebook?
Atau malah dari wa aku sendiri?

Baca beberapa part dulu ya, karena mungkin di awal-awal masih kelihatan garing part-nya.

Warning!!

Vote dan komen kalau kalian suka sama cerita ini dan tambahin ke perpustakaan kalian buat gak ketinggalan update terbarunya. And terakhir aku mohon jangan bawa-bawa nama tokoh lain atau cerita lain di lapak aku, hargai author ya, xixixi.

Langsung aja gak mau lama-lama biar kalian bisa baca ceritanya.

Koridor Sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Koridor Sekolah

“Bucin aja terus!” sindir gadis memakai  hoodie berwarna ungu serta rambut terurai hingga sepinggang, melirik ke arah temannya. 

“Biarin, gue bucin ada orangnya. Lah, lo bucin sama opah-opah yang gak tau lo hidup atau enggak!” balas santai gadis berdandan biru laut di kepala. Kemudian dia ditatap begitu tajam olehnya.

Mendengar perkataan itu, tiga lelaki di sana tertawa kencang, apalagi melihat wajah kesal gadis yang dibalas sindirannya.

Sudah biasa, kedua gadis tersebut melemparkan kata-kata pedas satu sama lain. Anara hobi membuat kesal Ratu. Ratu si mulut pedas. Sangat serai bukan?


Mereka adalah lima sekawan. Ada Anara Rayanza Alexander dijuluki Mood Booster oleh keempatnya, Arkan Narana Prasetya si Balok Es, ada juga Ratu Arabella Stevani si Mulut Pedas serta ada Rafly Alfarizi si Mulut Lemes, dan Dewa Pratama Adinata si tukang lawak.

Gelak tawa mereka mengudara sepenjuru SMA Sagitarius yang sudah sepi. Kebiasaan pulang sekolah mereka itu pulang belakang. Dengan dalil malas mengantre.

“Bucin sama mereka tuh, enak gak nyakitin. Beda sama yang nyata suka nyakitin sampe ke uluh hati!” balas Anara tidak mau terlihat kalah, terdapat nada dramatis di belakang perkataannya.

“Uluh-uluh, sampe ke dasar hati.” Ratu mengelus lembut surai hitam sahabatnya ini, sambil tersenyum manis, semanis gulai abang-abang.

Senyum manis itu bergantian seperti mengejek, “Baru di ghosting ya, Mbak nya,” lirihnya.

Duar!

Tawa mereka semakin kencang mendengar ucapan Ratu yang pelan, tetapi menusuk bagi Anara.

Anara baru saja ditinggal dua Minggu lalu oleh lelaki gebetan nya. Ditinggal tanpa perkataan apapun, tanpa chat atau telepon. Sakit bukan?
‘Nyesel gue cerita soal Derent sama mereka' Anara menekuk wajahnya.

Kalau sudah mendengar kata saveg Ratu memang Anara selalu kalah. Cuma dia suka membuat Ratu kesal, bagaimana coba?

“Ra, dengerin gue.” Kali ini ekspresi Ratu dan tiga lainnya berubah serius. Dia mengelus kembali rambut hitam pekat Anara, layaknya kakak ingin menasihati adiknya.

“Gak semua cowok nyakitin. Semua balik lagi ke orangnya, apa dia emang tukang nyakitin atau sebaliknya. Dan saat lo ketemu yang nyakitin, berarti belum waktunya ketemu sama yang pas aja dan keberuntungan belum berpihak sama lo,” lanjutnya.

“Tapi–“ Perkataan Anara tertahan, kala tangan lelaki dengan handband merah di kepalanya menutup mulutnya.

“Ra, udah. Apa yang dibilang Ratu bener. Asumsi lo tentang semua cowok nyakitin itu harus di hapus. Jangan karena satu cowok nyakitin seribu lainnya pun di sama ratakan.” Arkan menambahi ucapan Ratu tadi.

Mau bagaimana lagi, ini kali kedua Anara memantapkan hati dengan lelaki. Namun, semuanya sama. Setelah mati-matian dia membuka pintu, si pengetuk masuk begitu mudah. Kemudian pergi tanpa pamit.

Anara kecewa, sangat pada lelaki itu. Namun, dia bukan siapa-siapa. Hanya baru akan singgah belum sepenuhnya menetap.

Rasanya mengapa sesakit ini? Luka lama saja belum sepenuhnya mengering. Ditambah goresan baru lagi. Lalu, Anara harus bagaimana?

“Lo sama aja kaya mereka!” ketus Anara melirik Arkan penuh kekesalan. Kemudian pergi dengan kaki di hentak-hentakan seperti anak kecil tengah merajuk.

“Nah loh, Ar. Anara marah, tuh,” ujar Dewa menyenggol lengannya.

“Udah biasa,” balas Arkan mengejar Anara. Bisa gawat kalau anak itu pulang dalam keadaan marah. Mati Arkan diterkam oleh keluarga Alexander.

“Baby, emang paling the best soal sindir menyindir. Anara selalu kesel parah dan ngambek gitu.” Lelaki tak lain adalah Rafly, pacar Ratu beberapa bulan ini.

“Iya dong, Sayang,” balas Ratu Stevani, dengan tersenyum girang.

“Ayo cabut. Kita mau jalan keburu sore.” Dewa menarik lengan keduanya.


***

“Udah gak ngambek, tuh, curut?” Dewa menghampiri Arkan dan Anara. Terlihat wajah masam itu sudah berubah menjadi ceria dengan mengemut permen favoritnya.

“Di sogok lollipop,” balas Arkan pelan melirik Anara sekali.

“Ajib emang.” Dewa geleng-geleng kepala.
Selalu ada saja tingkah Anara membuat mereka geleng-geleng tak percaya. Lihat, membujuk saat tengah merajuk saja cukup mudah. Tidak beda jauh dengan anak kecil bukan?

~~~
TBC!!

Selamat datang di ceritaku!!

Makasih yang udah baca part ini!!
Jangan lupa masukan ke perpustakaan kalian dan vote juga komen.

See you next part👋

Salam manis dari aku☺️

uculmarkucul_

ARKANARA {Sahabat Tapi Menikah} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang