Follow sebelum baca!!
°
°
°
"Astaghfirullah, lo ngapain di sini, Ar!" teriak Anara menarik paksa selimut yang dipakai semalaman olah nya dan juga laki-laki itu.
Kakinya perlahan mundur ketakutan dengan apa yang sudah diperbuat oleh laki-laki terse...
Gimana kabar kalian hari ini? Aku doain semoga sehat terus ya, aamiin.
Enjoy sama ceritanya◉‿◉
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Teriknya matahari menusuk ke dalam baju hingga kulit. Suasana hari yang panas tidak membuat sekelompok laki-laki berleha-leha.
Lapangan basket, di sana tempatnya anak-anak kelas 11 dari beberapa kelas sedang berlatih. Mereka akan mengikuti perlombaan tingkat sekolah. Seperti yang waktu itu Arkan serta Dewa katakan.
"Good job guys!" teriak Dewa kala bola berhasil masuk ke dalam ring.
"Gue gitu loh." Dengan bangga Rafly mengacungkan jempolnya.
"Keren banget, Beb!" teriak Ratu yang duduk dibibir lapangan dengan tersenyum lebar. Rafly mendengar itu membuatnya semakin merasa hebat.
Permainan berlanjut, dari masing-masing pemain berhasil memasukkan bola berkali-kali. Hal itu membuat mereka semakin yakin pasti akan memenangkan pertandingan Minggu depan.
Sudah cukup berlatih, karena dua jam berlalu begitu saja tanpa istirahat. Mereka memilih pulang ke rumah masing-masing.
Di dalam mobil seorang gadis memakan gula-gula, sambil begitu setia menunggu sang suami. Beberapa bungkus telah dia habiskan, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.
Jika sebagian orang akan memberi perhatian atau minum saat kekasihnya kembali setelah berlatihlah, beda dengan gadis ini yang hanya acuh, lalu kembali dengan permennya.
"Yamii." Anara berucap girang mengelap bibirnya menggunakan tangan.
"Jorok." Arkan mengambil tisu, lalu mengelapnya telaten.
"Ada tisu ngapain pake tangan!" tegurnya membuat Anara merajuk.
"Sama aja tau," cicit Anara mengambil paksa tisunya. Dia membersihkan dengan tangannya sendiri.
Sorot mata Arkan beralih ke sekitar tempat duduk Anara, di sana terdapat banyak sekali sampah, "Lo makan sebanyak ini?" tanyanya menaikkan satu alisnya. Orang yang ditanya hanya mengangguk saja sambil menampilkan senyuman manis.
"Gak boleh makan lagi!" Arkan merampas tote bag milik Anara, kemudian menyimpannya di tempat duduk bagian belakang.
Wajah Anara berubah sedih, alisnya menyatu, bibirnya mengerucut beberapa centi, mata hazelnya berkaca-kaca pertanda sebentar lagi dia akan menangis. Namun, belum sempat air matanya keluar suara Arkan membuatnya terdiam.
"Gue bilangin mimi pipi, sampe lo makan ini lagi besok!" tegas Arkan melajukan mobilnya keluar dari parkiran sekolah.
Anara memalingkan wajahnya, dia tidak bisa membantah kali ini, karena urusannya bisa panjang jika bersamaan orang tuanya.