33 || Terungkap

37 3 0
                                    

"Gue gak nemuin dia," lirih lelaki duduk di atas kuda besi berwarna hitam. Tatapannya sendu, wajahnya begitu frustasi dan terlihat lelah.

"Gue juga." Tidak jauh beda dari lelaki tadi, lelaki ini pun sama halnya. Bahkan, lelaki ini matanya terlihat memerah seperti habis menangis.

Lelah, itu yang kedua lelaki ini rasakan. Bagaimana tidak, pulang berlatih basket langsung harus mengelilingi kota Jakarta tanpa makan terlebih dahulu, setelah tenaganya terkuras habis bermain bola Oren.

Pergi ke tempat-tempat yang biasa mereka datangi, bersama sang pujaan hati. Dari mulai taman kota, danau-danau, pantai, beberapa mall di kotanya, tak lupa toko buku-buku. Namun, dua orang yang di carinya tak ada.

Menghubungi puluhan kali, bahkan ratusan pesan pun tidak ada jawaban. Seakan hilang tertiup angin, dua pujaan hati mereka tak terlihat sedikitpun jejaknya.

Kekhawatiran terlihat jelas dari wajah kedua lelaki itu. Satunya takut dengan sang kakak pujaan hatinya, karena bisa-bisa menjadi tempe geprek. Satunya lagi takut dengan papah sang kekasih, karena restu tak akan bisa datang untuk kedua kalinya.

"Ikut gue!" perintah lelaki berkaos hitam lengan pendek. Lelaki di belakang dengan motor sport berwarna merah mengikuti saja, dia pasrah, yang terpenting gadisnya ketemu.

Kuda besi keduanya berjalan beriringan, kecepatan di atas rata-rata membuat keduanya lebih cepat sampai ke tujuan. Namun, satu di antara keduanya terlihat mengerutkan kening, saat sepeda motor itu memasuki perumahan elit yang dia hapal arah tujuan ini ke mana.

"Ngapain bawa gue ke sini?"

Tiba di gerbang rumah mewah bak istana dengan desain modern klasik, keduanya masuk setelah di bukanya pagar menjulang tinggi itu.

"Selamat datang, tuan Arkan dan tuan Rafly," sapa satpam bertubuh gembal berumur 47 tahun.

Sapaan itu hanya dibalas deheman saja, lalu keduanya masuk ke dalam.

Masih dalam kebingungan, Rafly terus mengikuti langkah lebar Arkan.

'Wah, akan ada kejutan'

"Anara, di mana lo!" teriak lantang itu menggema di seluruh rumah mewah dua lantai, saat kakinya baru berdiri di ruang tamu.

"Anara, ada di rumah, 'kan?" Langkanya terus menyusuri ruangan di sana.

"Anara Rayanza Alexander!"

"Gue pulang, nih!"

"Lo di rumah, 'kan!"

Teriak itu terus berlanjut berkali-kali, sampai membuat kuping Rafly berdengung saking gilanya suara Arkan.

"Rumah orang, Ar. Gak baik teriak-teriak. Nanti lo, kena omel pemiliknya!" peringat Rafly mengelus telinga yang masih berdengung.

"Gak ada bisa ngomelin gue!" desis Arkan berjalan ke arah tangga.

~~~

Tiga manusia dengan beda generasi, tengah terduduk di karpet bulu bermotif girl band KPop Korea Selatan sebuah kamar bernuansa ungu putih. Tampak, mereka akan melakukan ritual menjernihkan wajah.

Di sana, ada mangkuk berisi seperti bubur berwarna hijau, dengan kuas sebagai alat untuk mengaduk.

"Maskeran time guys." Ceria gadis dengan kuncir kuda dan bando di atas kepala untuk menghalangi anak rambut berada di depan jidatnya.

"Let's go." Girang seorang lelaki dan perempuan yang kepalanya sudah ada benda seperti gadis satunya.

Jari-jari mungil gadis berkaos oblong biru itu mengaduk-aduk masker yang sudah di racik tadi. Tangannya bersiap akan mengaplikasikan kuas ke wajah lelaki di hadapannya dan berlanjut gadis di sampingnya.

ARKANARA {Sahabat Tapi Menikah} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang