31 || Ketek Ka Kevin

44 2 0
                                    

Cie-cie, aku update lagi nihhh!

Kalian nungguin gak nih?

Kebetulan aku bisa up dan baru selesai di tulis,  cus deh langsung aku post ajaaa, hehehe.

Komen sama vote juga dong, biar aku makin semangat nulisnya, hehehe.

Enjoy sama ceritanya 🌻

Enjoy sama ceritanya 🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Sebuah mobil sport berwarna hitam memasuki pekarangan rumah keluarga Alexander, atpam yang menjaga itu, langsung membuka pintunya dan membungkuk kala seorang lelaki keluar dari dalam sana.

"Selamat siang, Tuan," sapa mang Idoy tersenyum ramah.

"Siang, Anara ada di dalam, Mang?" tanyanya menelusuri ke arah pintu besar di depan sana  yang tertutup rapat.

"Belum pulang sekolah, Tuan," jawab mang Idoy.

"Iya udah, makasih, Mang. Saya masuk dulu," pamitnya melenggang pergi.

Langkah lebar lelaki itu terus menyusuri jalan menuju ke depan teras. Matanya menatap ke seluruh penjuru rumah, terlihat masih sama dan tidak ada bedanya.

"Kangen banget gue," lirih lelaki itu, kemudian membuka kenop pintu.

Kunci cadangan, lelaki tersebut menggunakan itu untuk masuk ke dalam. Memang setiap anak dari keluarga Alexander mempunyai kunci masing-masing.

Kevin, lelaki itu anak sulung Alexander. Dia yang sedang berkuliah di Bandung, kini mengambil cuti beberapa hari dan waktunya akan dia gunakan untuk menemui adik kesayangannya, Anara.

Tiba di ruang keluarga, Kevin langsung di sambut oleh suara bi Inem sambil tersenyum manis.

"Selamat datang, Aden," sapanya.

"Iya, Bi," balas Kevin mendudukkan bokongnya di sofa empuk itu.

"Aden, mau minum atau makan? Biar bibi siapkan," tawar wanita setengah abad itu.

"Kaya biasanya aja, Bi." Kevin menatap lembut bi Inem.

Mendengar itu Inem langsung menuju dapur, dia sudah hapal biasanya itu apa. Bagaimana tidak, Inem bekerja sejak Kevin berusia 10 tahun.

Tatapan lembut Kevin juga sering, Inem dapatkan, karena didikan Pipi dan Mimi mereka harus selalu sopan, apalagi lebih tua dari mereka.

Meninggalkan bi Inem tengah membuat makanan, Kevin merogoh benda pipih di jaketnya. Jari-jarinya berselancar di atas benda itu, mencari nama seorang paling dia sayang dari apapun.

Dapat, langsung saja memencet dan menyambung telepon itu. Beberapa panggilan tetap saja tak diangkat, Kevin memilih menunggu saja.

"Ekskul kali anak itu."

ARKANARA {Sahabat Tapi Menikah} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang