Follow sebelum baca!!
°
°
°
"Astaghfirullah, lo ngapain di sini, Ar!" teriak Anara menarik paksa selimut yang dipakai semalaman olah nya dan juga laki-laki itu.
Kakinya perlahan mundur ketakutan dengan apa yang sudah diperbuat oleh laki-laki terse...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Anara!" panggilan seseorang dari arah belakang dengan kencangnya tanpa sadar membuat orang disekitarnya menatap kearahnya.
Dengan tawa khasnya dia menatap satu persatu orang di sana, "Kalian ngapain liatin gue kaya gitu. Pergi sana?" usirnya terang-terangan membuat orang-orang di sana pergi melanjutkan kegiatan masing-masing.
Di depan sana hanya tersisa sosok gadis cantik dengan kaos olahraga dan rambut yang diikat asal.
Gadis itu menunduk saja tidak berani menatap ketiga orang tak jauh darinya.
'Plis gue masih belum mau dapet masalah lain' Anara menggigit bibir bawahnya menahan ketakutan.
Ketiga orang di sana menghampiri Anara yang masih berdiri ditempatnya layaknya patung.
Langkah demi langkah terdengar oleh telinga Anara dan itu semakin membuat dirinya takut.
Tuk
Tuk
Tuk
Bunyi sepatu yang menginjak lantai koridor sepi itu terdengar nyaring.
Hingga ...
Hup
Satu pelukan mendarat merengkuh tubuh mungil Anara membuat sang empu tersentak kaget.
"Gue kangen banget sama lo, Lollipop," girang Ratu mempererat pelukannya.
"Gue kangen banget-bangetttt."
"Lollipop gue kangen."
Kira-kira seperti itulah Ratu menyalurkan rasa rindunya. Dia akan mengucapkan kata tersebut berulang-ulang kali sampai perasaan itu terobati.
Lollipop panggilan kesayangan Ratu terhadap Anara sejak kecil, karena Anara yang maniak sekali dengan permen warna-warni itu.
Anara hanya diam masih mencerna apa yang terjadi saat ini. Dia pikir ketiga orang ini akan memberi kritik pedas atau memberinya masalah baru. Namun, dia salah. Apa tadi katanya kangen? Apa dia tidak salah dengar. Bukannya sahabatnya ini benci dengan gadis murahan seperti dirinya.
Tak ayal Anara membalas pelukan itu tak kalah erat juga. Anara rindu? Jelas dan sangat kangen.
Kedua orang di samping Anara dan Ratu hanya bisa bersabar melihat kedua curut ini melepas rindu.
Cukup lama dua gadis berdiri dan berpelukan tanpa suara seperti tengah menyalurkan semua rasa yang dipendam selama beberapa bulan.
"Beby, udah pelukannya. Kita berdua pegel ini nungguin." Rafly mulai sebal dan pegal, sedangkan Dewa hanya diam saja tanpa suara dengan wajah datarnya.
"Ih, ganggu tau gak. Aku masih kangen sama Anara!" ketus Ratu melepas tubuh Anara, lalu menatap tajam kekasihnya.
"Sana kamu pergi ke mana gitu jangan ganggu aku sama Anara." Ratu ingin menarik pergelangan tangan sahabat kecilnya itu, tetapi Rafly terlebih dahulu menahannya.
"Jangan gitu dong. Mending kita sambil makan-makan buat melepas kangen sama Anara," usulnya dan menyenggol perut Dewa agar menyetujui juga keinginannya.
"Yok makan. Gue juga laper," sahut Dewa.
***
Taman Sekolah
Di sini mereka sekarang. Taman yang sepi dan jarang di kunjungi oleh siswa-siswi maupun guru-guru.
Duduk di atas rumput-rumput liar dengan berbagai macam makanan tersedia di tengah-tengah keempatnya.
"Kalian udah maafin gue?" tanya Anara memecahkan keheningan diantara mereka, sambil menatap canggung sahabat-sahabatnya ini.
"Kita yang harusnya minta maaf, Ra. Lo gak salah apa-apa dan ini semua cuma permainan kalian berdua kan?" Dewa menatap dalam Anara seperti bingung dengan ucapan terakhirnya.
"Lo mainin drama ini biar mama Arkan gak kena serangan mendadak, 'kan?"
"Lo rela di bully satu sekolah demi lindungi orang lain?"
"Lo rela di hina tiap hari, di cemoohan sama hal yang sama sekali gak lo lakuin, di perlakukan gak manusiawi, bahkan lo rela suami lo deket sama cewek lain cuma buat bikin orang lain baik-baik aja." Nada suara Dewa meninggi. Emosinya keluar lagi.
"Sedangkan lo gak mikirin gimana diri lo sendiri. Gimana perasaan lo sakit apa enggak. Gimana mental lo hancur atau enggak!" cecar Dewa. Kilatan kemarahan terlihat jelas.
"Lo terlalu mikirin orang lain sampe diri sendiri aja lo abaikan."
"Baik boleh, Ra, bodoh jangan."
"Udah cukup lo di bully pas SMP cuma karena manusia kaya Arkan itu, jangan terus-terusan jadi orang bego!" hardiknya.
"Jangan jadi manusia bermuka dua yang selalu terlihat baik-baik saja padahal aslinya enggak," lirih Dewa begitu menusuk.
Dewa mengetahui semua ini karena dia mencari tahu dengan kedua sahabatnya. Mereka awalnya kaget saat melihat foto Anara dengan lelaki di dalam hotel, tetapi setelah di telusuri lebih dalam itu hanya editan saat Anara berpelukan dengan Derent di taman tempo waktu.
Masih inget Derent? Lelaki yang menyukai Anara, tetapi dia pergi semenjak mengetahui dirinya sakit dan tidak akan lama lagi hidupnya.
Mereka juga mengetahui permainan drama kedua pasutri ini yang berpura-pura berjauhan saat di luar rumah.
"Ar, kita harus buat drama," ujar Anara berkeliling di dalam kamarnya, sambil mengetuk-ngetuk telunjuk di atas dagunya.
"Drama apa sih, Sayang," balas Arkan berdiri dan memeluk manja istrinya.
Perlakukan Arkan membuat Anara risih karena idenya menghilang, "Jangan manja gini bisa gak?" ketusnya.
Setelah beberapa jam skenario gila itu muncul di otak Anara.
"Wa," lirih Anara mulai berkaca-kaca, sambil menggeleng kecil.
"Udah ih, kita di sini buat melepas kangen bukan bahas masalah itu." Ratu mengelus punggung Anara memberi ketenangan.
"Bener, Wa, tahan emosi lo," sahut Rafly menepuk pundak lelaki bermata cokelat itu.
"Fine, kita bahas ini nanti." Dewa mengambil botol air dan meminumnya agar amarahnya meredam. Dia juga mengatur napasnya.
"Nanti gue ceritain semuanya," lirih Anara yang hanya bisa di dengar olehnya.