42 || Lalu Aku Harus Apa?

45 3 0
                                    

Enjoy sama ceritanya 🌻

Enjoy sama ceritanya 🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Taman Kenangan

Langit jingga telah berubah menjadi gelapnya malam. Udara dingin menusuk hingga kulit. Awan pun seperti akan menurunkan air. Namun, hal itu tidak mengganggu seorang gadis mematung di salah satu bangku taman.

Sudah hampir lima jam dia duduk layaknya mayat hidup. Tidak ada yang menegurnya karena tempat ini terbilang sangat jarang di kunjungi orang.

Selain karena tempatnya yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Taman ini juga salah satu tempat tersembunyi yang jarang diketahui orang.

"Harus apa gue sekarang?" tanyanya pada diri sendiri dengan pandangan kosong lurus ke depan.

"Semuanya udah hancur. Ya, hancur tanpa sisa."

"Mimi Pipi gak ada. Ka Kevin juga sibuk sama kuliahnya. Suami–" Gadis itu menggantungkan ucapan, lalu tersenyum hambar.

"Suami? Eh, apa gue masih punya dia? Kayanya enggak deh, paling bentar lagi gue jadi janda muda," lirihnya pilu meratapi kenyataan.

"Iya lah, paling dia bakal nikah sama adek kelas yang sialnya pacar suami gue sendiri." Suara itu terdengar begitu memilukan.

Siapa juga yang tidak akan menangis atau kecewa saat melihat suaminya menyatakan hubungan dengan gadis lain di depan mata kepalanya sendiri dan di depan ratusan orang.

Hati yang sedang rapuh karena masalah tidak hentinya, semakin rapuh saat satu-satunya harapan kehidupan menggoreskan luka juga.

Seakan dipermainkan oleh takdir. Nasib gadis itu begitu malang.

"Kayanya emang takdir gue itu hidup sendirian, dengan kesedihan, kesakitan, trauma, dan hinaan tanpa kebahagiaan." Gadis itu menangis sambil tertawa.

Iya, menertawai nasib kehidupan yang layaknya drama tanpa ending yang jelas.

Tawa itu mengudara ke atas langit malam tanpa adanya bintang. Bahkan semesta pun tidak mau menemani dirinya. Sampai bintang pun tidak mau menampakkan keindahannya.

"Semesta itu lucu. Gue mintanya bahagia datang malah kesedihan lagi dan lagi." Dia tertawa sumbang.

"Sampe kapan ya, kesedihan ini ada di hidup gue? Kayanya sampe gue mati dulu kali ya." Bulir kristal mulai menerobos keluar tanpa di minta dengan derasnya.

Dan ya, pertahanan dia gugur lagi. Ini keenam kalinya sosok gadis itu menangis selama berada di tempat ini.

Setelah kejadian di sekolah siang tadi dia memilih untuk pergi ke tempat ini. Tidak peduli jika nantinya ada yang mencarinya, tetapi sepertinya tidak akan ada.

Siapa yang mau berteman dengannya. Gadis yang di cap sebagai kupu-kupu malam. Gadis yang di benci satu sekolah dengan kesalahan yang tidak jelas. Gadis yang di bully karena dekat dengan lelaki, sialnya incaran semua gadis.

Ah, sudahlah dia sangat lelah saat ini. Tubuh, pikiran, serta hatinya di cabik-cabik layaknya daging.

"Apa gue sekuat itu, sampe masalah yang bikin gue spot jantung itu datang terus gak ada hentinya?" tanya gadis itu pada dirinya sendiri, sambil menghapus air mata yang tak mau berhenti keluar.

"Setiap hari ada aja kejutan," sambungnya.

"Sialnya kejutan yang bikin gue makin gila bukan bahagia."Lengan mungil itu menghapus bulir air mengalir membasahi pipi chubby dia.

Sudah tidak bisa di bendung lagi seberapa banyak kesedihan, rasa sakit, Kekecewaan, serta penderita dia.

"Apa semesta benci sama gue. Jadi, dia hukum gue dengan ini semua? Apa gue segapantas itu buat bahagia? Apa gue emang takdir gue buat sedih terus?" pertanyaan itu terus keluar dari mulut mungilnya.

"Capek Allah. Pengen pulang aja." Anara menutup matanya dengan air hujan yang membasahi sekujur tubuh mungil dibalut seragam sekolah.

***

Suasana panas terekam jelas di rumah besar bernuansa serba putih.

Teriakkan, bentak, serta pukulan terdengar begitu nyaring hingga siapapun yang mendengarnya akan merasa sangat ketakutan.

Iya, seorang gadis meringkuk di bawah sofa setelah di lempari pas bunga berukuran besar. Tubuhnya bergetar saat mengetahui sebegitu menyeramkan seorang lelaki yang dia cintai ketika marah.

Masalahnya tidak begitu besar menurut gadis itu, tetapi lihat kekasihnya itu sangat marah besar.

"Sekarang gimana? Anara pergi gak tau kemana dan dia pergi karena kecewa sama gue!" bentaknya menggelegar di seluruh penjuru rumah.

"Dan ini semua gara-gara kemauan sialan lo itu!"

"Bodohnya gue nurut!" Satu pukulan mendarat di dinding ruang tamu dengan darah sudah menempel di sana.

"Sekarang Anara pasti benci banget sama gue!" teriaknya dengan penuh kemarahan.

"Ini gak sesuai sama rencana kita bertiga!" hardiknya.

"Gue deket sama lo bukan buat jadiin lo pacar gue, tapi buat selamatin Anara dan Mama!"

"Sekarang apa? Dia benci sama gue!"

"Benci, Rere!" teriaknya menekan setiap kata, lalu  menjambak rambut hitam legamnya itu.

"Dia benci gue sekarang," lirihnya pelan dengan isakan kecil keluar dari mulutnya.

Mata hijau itu mendelik tajam, wajahnya pun memerah padam, rahangnya mengeras. Darah segar pun sudah mengalir di jari-jari tangan kekarnya.

Berkali-kali tangan itu memukul apapun yang ada di dekatnya. Dari pas bunga, bingkai foto, hiasan dari kaca, dan lemari kaca pun menjadi sasarannya.

Terlihat sangat menyeramkan, tetapi itulah Arkan Narana Prasetya. Dia terkesan jarang marah dan sekalinya amarah itu memuncak dia pasti menyakiti dirinya sendiri.

Seperti waktu itu, saat dia melihat Anara sering berpergian dengan teman lelakinya. Dia sangat marah dan berakhir memukul dinding hingga tangannya mengeluarkan darah.

'Gue harus apa sekarang, Ra'  Arkan menjatuhkan dirinya ke lantai.

~~~

Hai, gimana sama part ini?

Menurut kalian Anara bakal benci sama Arkan apa enggak?

Satu kata buat Anara?
Arkan?
Rere?

See you next part

Salam manis dari aku 🥀❤️

uculmarkucul_

ARKANARA {Sahabat Tapi Menikah} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang