32 - Amarah Diksa

172K 18.2K 3.7K
                                    

32. Amarah Diksa

Diksa mengerjapkan matanya perlahan. Dengan nyawa yang masih belum menyatu, Diksa melirik kearah Ilham dan Reynand yang tertidur pulas. Bahkan keduanya tidur sambil berpelukan, lebih tepatnya Reynand yang memeluk Ilham.

Diksa bergerak keluar dari tenda dan berniat memeriksa keadaan istrinya.

Diluar tenda terlihat gelap gulita, mengingat hari masih sangat pagi dan matahari belum memancarkan pesonanya.

Diksa membuka tenda Elin  dengan hati-hati karena takut menganggu istrinya.

Diksa mengernyitkan keningnya bingung saat tak menemukan Elin di dalam tenda.

Mata Diksa mengedar kearah sekeliling, banyak tenda siswa-siswi yang masih tertutup rapat. Hanya satu tenda yang terbuka, itupun milik Devan, teman sekelas Elin. Entah pemiliknya berada dimana, di dalam nya kosong.

Mendadak Diksa dilanda kekhawatiran, pria itu berlari menghampiri tenda Ilham dan Reynand.

Diksa tak segan segan memukul paha kedua pria itu agar segera terbangun.

"HAM BANGUN!!!"

"REY BANGUN!!!"

Diksa terus berteriak keras, Ilham dan Reynand spontan langsung berdiri hingga kepala keduanya menyundul atap tenda.

"Kenapa bang?!" tanya Ilham sembari membelit kan sarung ke tubuhnya. Pagi ini cuaca sangat dingin.

"Ada apa tuan?" Reynand ikut bertanya karena penasaran.

"Istri saya tidak ada di dalam tenda!!" ucap Diksa ngegas.

"Mungkin dia lagi keluar kali bang, nyari angin." Ilham berujar santai, sesekali menguap kecil.

"Tapi di luar masih gelap, rasanya tidak mungkin karena Elin sangat penakut." Diksa terus menimpali dengan nada tak santai.

Ilham mengintip kearah luar 'Iya juga sih'

"Lebih baik kita cari bersama-sama," saran Reynand menengahi kedua kampret itu.

Diksa dan Reynand pun akhirnya berjalan keluar mencari keberadaan Elin, meninggalkan Ilham yang masih sibuk mencari sesuatu.

"TUNGGU WOYY, BAYGON GUE ILANG!!!"

•••••••••••••••••••••••••••••

Tanpa Elin sadari, Bu Fitri tersenyum miring. Bu Fitri mendorong tubuh Elin kuat, hingga gadis itu jatuh dan terguling kedalam jurang.

Beruntung Elin dengan sigap berpegangan pada akar-akar pohon sehingga gadis itu tak terjatuh sampai dasar jurang.

"IBU KENAPA DORONG SAYA?!!" teriak Elin kaget, jantung nya berdebar sangat kencang, ia sangat takut kali ini.

Bu Fitri menatap Elin dengan terkekeh sinis, wanita itu sedikit memajukan tubuhnya untuk menendang tangan Elin yang memegang akar.

Bug!

Bug!

Bug!

ELDIKSA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang