15 - Latar Belakang Fitri

167K 17.4K 929
                                    

vote dan komen sebanyak-banyaknya untuk mendukung karyaku💕

vote dan komen sebanyak-banyaknya untuk mendukung karyaku💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15. Latar Belakang Fitri

Seorang perempuan dewasa melangkah ragu untuk memasuki rumah kecilnya. Jam masih menunjukkan pukul 09.00, pasti orang tuanya akan menanyai dirinya karena pulang lebih awal dari biasanya.

Dia adalah Bu Fitri. Wanita itu di skors oleh pihak sekolah selama tiga hari. Menurutnya hukuman itu terlalu berat untuk seorang guru, apalagi dirinya juga tidak tahu jika Elin benar-benar sakit. Selama ini dia banyak menemukan murid-murid yang bersandiwara agar tidak mengikuti upacara. Jadi tidak salah kan kalau dirinya ragu?

"Kok sudah pulang, Nduk?" tanya seorang wanita paruh baya yang merupakan Ibu dari Bu Fitri.

Bu Fitri merupakan sosok yang paling dibanggakan oleh keluarganya. Terlahir sebagai anak tunggal mengharuskan Bu Fitri untuk menjadi tulang punggung keluarga, lantaran Sang Bapak yang sudah sakit-sakitan serta Ibunya sibuk mengurus suaminya itu.

Saat di rumah wanita itu tak banyak mengeluh, ia tidak ingin membebani pikiran kedua orang tuanya mengingat umur mereka yang tidak bisa dikatakan muda.

Bu Fitri menghela nafasnya pelan, "Maaf Bu, Fitri di skors sama pihak sekolah."

Ibu Fitri--Marni menatap anaknya prihatin. Ia ingat betul betapa kerasnya usaha Fitri dulu untuk bisa menjadi guru di SMA Pancasila.

"Nggak papa, Nduk. Maaf ya Ibu sama Bapak cuma bisa merepotkan."

Bu Fitri menggeleng kuat, "Ibu sama Bapak gak pernah ngerepotin Fitri sama sekali. Ini sudah kewajiban Fitri sebagai anak kalian."

Tak lama kemudian, seorang laki-laki paruh baya datang dengan kursi roda sebagai alat bantunya.

"Sudah saatnya kamu menikah dan bahagia bersama keluarga kecil kamu nantinya. Kamu tidak perlu terlalu memikirkan Ibu dan Bapak, kami bisa jaga diri sendiri." nasehat Slamet--Bapak Fitri.

"Umur kamu sudah 28 tahun, sebagai umat muslim kamu disunnahkan untuk menikah. Bapak ingin melihat kamu bahagia sebelum Bapak tiada." lanjut Slamet.

"Bapak jangan ngomong seperti itu, Fitri belum ingin menikah. Fitri mau membahagiakan kalian terlebih dahulu," ucapnya lemah.

"Bapak dan Ibu bahagia jika melihat kamu juga bahagia bersama suami dan anak-anak kamu nantinya. Memang kamu tidak ingin memberikan Bapak dan Ibu cucu? Padahal Bapak sudah kepengen gendong cucu dari kamu."

"Kamu fikirkan dulu perkataan Bapak tadi." ucap Slamet, lalu mendorong kursi rodanya menjauh dari hadapan anaknya, diikuti sang istri yang membantunya.

Sejauh ini Bu Fitri belum kepikiran untuk menikah. Lagipula laki-laki yang ia inginkan belum tentu mau menikah dengannya. Kalian tahu siapa laki-laki itu?

Aldiksa Diningrat.

Mungkin kalian mengira jika Bu Fitri baru mengenal Diksa saat pria itu berkunjung ke sekolah beberapa bulan yang lalu. Kenyataan nya salah, dia sudah menaruh hati pada pria itu sejak sekolah menengah atas.

ELDIKSA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang