36 - Uring-uringan

156K 15.6K 2.3K
                                    

Hi! Janda is back!!!!

••••••••••

"Ini meja nomor berapa Mbak?" tanya seorang
wanita berseragam pelayan.

"Nomor dua, meja yang isinya cowok-cowok itu loh!" tunjuk atasan wanita itu kearah empat laki-laki yang sedang berbincang.

"Oke Mbak!"

Wanita itu adalah Bu Fitri. Pekerjaannya sekarang yaitu menjadi pelayan di sebuah cafe, tempatnya tak terlalu luas. Namun, cafe ini selalu ramai dikunjungi oleh para remaja untuk sekedar nongkrong dan bersantai.

Bu Fitri melangkah dengan hati-hati menuju meja pelanggan seraya membawa nampan yang berisi pesanan.

"Silahkan dinikmati, Mas!" ucap Bu Fitri ramah, matanya masih fokus menata makanan ke meja.

"Bu Fitri?!"

Mendengar suara yang tak asing ditelinga, Bu Fitri pun menoleh. Wanita itu kaget bukan main saat melihat Devan dan kawan-kawan berada di sini.

"Ibu kerja di sini?" tanya Tara penasaran membuat Bu Fitri mengangguk dan tersenyum.

"Yaudah, ibu kebelakang dulu ya, masih banyak kerjaan," pamit Bu Fitri meninggalkan keempat laki-laki itu.

"Semangat Bu!" ujar Reno sedikit berteriak.

Bagaimana pun juga Bu Fitri dulu adalah guru mereka, dia juga orang yang sabar membimbing dan menuntun anak didiknya. Hanya karena sebuah perasaan cinta, wanita itu berubah dalam sekejap mata.

Devan masih diam tak bergeming. Pria itu menatap kepergian Bu Fitri dengan raut datar tanpa ekspresi. Jujur saja Devan masih begitu kecewa terhadap wanita itu.

Namun, tak bisa dipungkiri jika Devan juga merindukan Bu Fitri. Sudah terhitung hampir satu minggu, dirinya dan Bu Fitri tak pernah berjumpa lagi. Dan kini, ia baru bertemu wanita itu di cafe ini.

"Kamu istirahat saja, biar saya yang menggantikan kamu!" ucap seorang laki-laki yang merupakan pemilik cafe ditempat Bu Fitri bekerja.

"Tidak perlu, Pak. Biar saya aja," tolak Bu Fitri halus.

Sejak bekerja disini Bu Fitri merasa tak nyaman dengan sikap bosnya yang selalu mengistimewakan dirinya. Entah apa maksud pria itu Bu Fitri pun tak tahu pasti.

"Sudah berapa kali saya katakan? Jangan panggil saya Bapak, saya bukan bapak kamu! Panggil saya Zidan saja!" perintah Zidan tegas.

"Tapi kan Bapak atasan saya..."

"Saya tidak peduli dengan hal itu, lagipula usia kita juga tidak terpaut jauh!" kekeuh Zidan.

"Iya Zidan!" Bu Fitri hanya bisa menurut, jika membantah pun ia tak berani, bisa-bisa pekerjaannya yang menjadi taruhan.

"Nah gitu!" Zidan mengusap kepala Bu Fitri pelan, membuat wanita itu membeku seketika.

"Ekhem!!!" deheman seseorang langsung menyadarkan kedua insan tersebut.
Zidan segera menarik tangannya kembali.

"Kalo mau pacaran jangan di tengah jalan!!!" sindir Devan dengan nada sinis.

"Jalan di sana masih lebar, kenapa kamu lewat jalur pegawai?" tanya Zidan bingung.

Devan mendadak gelagapan, "Terserah saya lah, pembeli adalah raja!!!" bantah nya tak santai, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

"Dasar anak muda!" Zidan menggelengkan kepala nya heran.

Devan yang mendengar itu sontak menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.

"Dasar orang tua!!!" cela Devan membuat Zidan melotot tak terima.

ELDIKSA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang