33 - Penyesalan

166K 16.7K 2.1K
                                    

Maaf baru update, cape banget pengen punya ayang...eh ga nyambung anjer

Karena yang nyambung hanya kisah ku dan Ilham❤

33. Penyesalan

"Maaf....dengan sangat berat hati, Bu Fitri tidak dapat bekerja lagi di SMA Pancasila. Bu Fitri di pecat!" tegas Pak Rudi selaku kepala sekolah.

Bu Fitri menundukkan kepalanya dalam, ia sudah pasrah menerima semua akibat dari perbuatannya sendiri.

Namun, masalah utamanya adalah orang tuanya. Ia tak sanggup melihat Bapak dan Ibunya kecewa karena perbuatan buruk nya.
Apalagi di saat mereka membanggakan anaknya itu, tapi dengan mudahnya Bu Fitri malah merusak kepercayaan mereka.

"Baik Pak, maaf...sikap saya memang sudah keterlaluan..."

Bu Fitri sangat menyesali perbuatannya yang tercela itu. Sebagai seorang guru dirinya merasa tidak pantas menjadi panutan anak didiknya.

"Bagus jika anda sadar!" celetuk Diksa sinis.

Elin yang duduk di samping nya spontan mencubit lengan pria itu kuat.

"Diem!"

Ceklek!

Orang-orang yang berada di dalam ruang kepala sekolah mengalihkan atensinya ke arah pintu. Terlihat kedua orang tua Bu Fitri datang dengan raut tak enak. Mereka sudah mengetahui semua masalah anaknya itu, Pak Rudi yang menceritakannya lewat sambungan telefon.

Bu Fitri langsung bersujud di kaki orang tuanya dan mengucapkan maaf berkali-kali. Namun, tak ada sahutan sedikitpun dari mereka.

"Pak...Bu, Maafin Fitri..."

Marni menatap Pak Rudi dan Diksa dengan rasa bersalah, "Tolong maafkan kesalahan anak saya Pak, saya pastikan setelah ini Fitri tidak akan menganggu Pak Diksa dan istrinya lagi," mantapnya.

Bu Fitri terus menangis seraya memeluk kaki Ibunya, sesekali wanita itu memegang kepalanya yang di perban.

"Saya sudah memaafkan Bu Fitri, Ibu tenang saja," ucap Elin tak tega melihat orang tua Bu Fitri.

Diksa memandang istrinya tak terima, tapi dengan cepat Elin melotot kearah Diksa agar pria itu tak ikut campur.

Diksa pun mengangguk menyetujui ucapan Elin tadi, karena takut istrinya marah seperti dua hari yang lalu.

Bu Fitri beralih menghampiri Elin yang duduk di sofa bersama Diksa.

"Maafkan Ibu, Elin. Ibu memang tidak pantas di sebut sebagai guru," sesal Bu Fitri sambil berlutut di depan Elin.

Elin mengelus bahu Bu Fitri lembut, "El udah maafin Ibu, saya juga minta maaf kalau punya salah sama Bu Fitri.."

Bu Fitri menggeleng cepat, "Kamu tidak salah, ini semua murni kesalahan Ibu, jadi Ibu minta maaf ya nak..." ucap Bu Fitri tulus yang langsung diangguki oleh Elin.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

"Mas mau itu!" tunjuk Elin kearah penjual somay yang ada di depan sekolah.

Kini Diksa dan Elin duduk bersantai di pinggir lapangan menonton murid-murid yang sedang bermain futsal. Letak lapangan cukup dekat dengan gerbang sekolah, jadi Elin dapat melihat jelas para pedagang kaki lima yang berjajar di depan sana dari celah pagar.

"Bentar, aku suruh Reynand kesini," ucap Diksa seraya mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Reynand memang ikut ke sekolah atas perintah Diksa. Namun, saat memasuki ruang kepala sekolah tadi, pria itu pamit ke kantin untuk membeli sarapan.

ELDIKSA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang