47 - Ngidam Lele

112K 15.4K 4.6K
                                        

Aku akhir-akhir ini kehabisan ide, maaf kalo part sebelumnya ngebosenin. Aku takut kalian jadi bosen...

Maaf aku target 10k vote untuk lanjut, semoga yang jadi silent readers cepet tobat...padahal baca ini gratis tapi vote doang gak mau.

Maaf kalo kesannya kasar, aku terlanjur kesel karena banyak yang baca tapi vote nya dikit.

____________________

Selamat membaca...

••••••••••

Pagi ini Elin berdiri di balkon dengan pandangan kosong, otaknya berkecamuk memikirkan bahan untuk ribut. Sudah satu minggu belakangan ini ia dan Diksa tidak bertengkar, menurutnya ada yang kurang jika tidak membuat suaminya emosi.

Dasar istri durhaka.

Tapi memang benar, saat melihat Diksa menangis atau memohon-mohon kepadanya merupakan hiburan tersendiri bagi Elin.

Mata Elin seketika membulat saat menemukan ide cemerlang.

Dengan percaya diri, wanita itu mulai berjalan mendekat kearah Diksa yang sibuk berkutat di depan laptop.

"Mas, kita udahan aja ya..." ucap Elin tiba-tiba, membuat Diksa ketar-ketir di tempat.

"Kenapa?! Aku salah apa?!" tanya Diksa spontan, lantaran kaget dengan penuturan sang istri.

"Kamu sukanya makan beng-beng langsung, tapi papaku setujunya beng-beng dingin."

"Maafin aku..."

Diksa mengerjapkan matanya berkali-kali karena bingung, "Bukannya papa kamu udah meninggal?"

Deg.

Tatapan Elin berubah sendu, "Kangen papa..."

Diksa menjadi gelagapan, apakah dirinya salah berbicara?

"Sayang, aku gak maksud---

Elin menghapus air matanya dengan segera, " Gapapa kok, maaf aku tadi cuman bercanda."

Elin melangkah menuju ranjang, kemudian membaringkan badannya memunggungi Diksa.

Sedangkan Diksa hanya bisa meringis pelan, sudah dipastikan istrinya itu sedang marah kepadanya.

Definisi dia yang berulah, dia juga yang marah.

"Sayang kamu marah?"

Elin menoleh kebelakang, "Enggak, siapa yang marah?"

Sontak Diksa menghela nafas lega, ia merasa bersyukur karena tak perlu bersusah-payah untuk membujuk Elin.

"Mas tiba-tiba aku pengen makan lele goreng pake sambel." Mendadak perut Elin jadi keroncongan kala membayangkan makanan yang ia inginkan.

"Bentar, aku suruh Oliv beliin di restoran dekat kantor, disitu lele nya gurih." Tangan Diksa terulur menyentuh perut istrinya, kemudian mengelusnya lembut.

"Tapi aku pengen ngambil langsung dari kolamnya Om Cipto..." rengek Elin.

Diksa menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Kata Reynand hari minggu libur, kita beli yang udah matang aja ya..." bujuk Diksa memberi pengertian.

ELDIKSA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang