13. Nyonya Diningrat
"Om jangan marah sama saya," cicit Elin masih sesenggukan.
"Saya tidak marah, asalkan kamu mau menjadi pacar saya."
Tangisan Elin langsung terhenti seketika, tangannya bergerak memukuli punggung Diksa dengan membabi buta.
"Dasar om-om pedo, duda karatan! Maunya sama anak SMA!!!" maki Elin mengeluarkan segala unek-uneknya.
Diksa meringis tertahan, ia mencekal tangan gadis itu sehingga tak bisa bergerak lagi.
"Saya serius!" tekan Diksa.
"Jika kamu tidak mau saya juga tidak masalah, nanti saya bisa mengajak Bu Fitri saja," gurau Diksa berniat memancing Elin.
Tatapan Elin berubah datar, gadis itu menatap Diksa dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Silahkan, saya tidak peduli!" Elin keluar dari mobil Diksa, membuat Diksa dilanda rasa takut.
Dengan segera, Diksa ikut keluar dari mobilnya untuk mengejar Elin.
"Saya minta maaf, saya tidak bermaksud mengatakan seperti itu, saya hanya bercanda. El, saya minta maaf," Diksa menyamakan langkahnya dengan Elin, ia berkali-kali meraih tangan gadis itu. Namun, Elin selalu menepis nya.
"Saya minta maaf hiks..." Elin menoleh kaget, menemukan Diksa yang tengah menangis disampingnya. Secara spontan ia menghentikan langkahnya.
"Om kenapa nangis?!"
"Saya minta maaf," ucapnya dengan nada melemah seraya mengusap kasar air matanya.
Elin menghembuskan nafasnya kasar, "Saya maafin, tapi kalo sekali lagi Om sebut nama Bu Fitri, jangan harap kita bisa ketemu lagi!!!" tegas Elin.
Diksa mengangguk cepat, "Maaf, saya tidak akan menyebut nama wanita itu lagi, berarti sekarang kita pacaran kan?" tanya Diksa percaya diri.
Elin memandang Diksa sinis, sebenarnya dirinya juga mau, tapi Elin gengsi jika mengatakan iya. Akhirnya ia menjawab...
"Terserah!"
Diksa langsung senyum-senyum tak jelas, saking bahagianya pria itu sampai loncat-loncat kegirangan di pinggir jalan hingga mendapat tatapan aneh dari orang-orang di sekitarnya.
"Sekarang kamu resmi menyandang gelar Nyonya Diningrat."
☘️☘️☘️
Mata Elin berbinar kala melihat para pedagang berjajar rapi. Suasana nya terkesan ramai dan menyenangkan. Padahal biasanya gadis itu paling anti dengan keramaian, karena dasarnya anak rumahan seperti Elin lebih dominan menyendiri di dalam kamar.
Diksa yang berada di samping Elin terkekeh ringan, ternyata suasana disini tidak buruk juga.
"Jangan cuman dilihat, pilih yang kamu mau," ucap Diksa kepada Elin yang hanya tersenyum menatap para pedagang.
Senyuman Elin kian melebar, "Saya masih bingung, semuanya keliatan enak,"
"Jangan gunain bahasa formal kalo sama aku!" peringat Diksa memasang wajah cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELDIKSA [End]
Romance[Komedi-Romantis] Bagaimana jadinya jika seorang Duda muda kaya raya tertarik pada gadis SMA? "Saya suka susu kamu." "Hah?!" "Eh--maksudnya susu buatan kamu." Penasaran dengan kelanjutannya? Mari intip kelakuan si bucin tolol, Aldiksa Diningrat. [F...